PENDIDIKAN SMK DI ERA GLOBALISASI
DI SUSUN OLEH :
1.
Devi
Tanti Putri (3312412039)
2.
Laela
Dwi Hapsari (3401412107)
3.
Safitri
Maya Nastiti (3401412144)
4.
Eko
Wahyudi (5301412023)
5.
Niswatul
Arifah (5301412037)
6.
Pawit
Kurniasih (7311412067)
7.
Dwi
Wahyuningsih (7311412091)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan begitu
banyaknya nikmat kepada penulis berupa nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di
era globalisasi seperti sekarang ini menjadi hal yang sangat penting, mereka
dibekali keterampilan agar siap bekerja setelah lulus nanti. Sekolah SMK di
Indonesia ini memiliki manfaat yang sangat besar, terutama bagi golongan
ekonomi menengah yang hanya bisa menyekolahkan anak-anaknya hanya sampai ke
jenjang menengah atas.
Pendidikan di SMK semakin tahun,
harus semakin banyak keterampilan yang
diajarkan di sekolah, hal ini dikarenakan lulusan SMK harus bisa menyesuaikan
zaman yang terus berkembang. Sehingga lulusan SMK dipercaya mampu terjun langsung
ke dunia kerja.
Di dalam kesempatan ini pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat
banyak kekurangan,oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semarang,
26 Mei 2013
Penulis
i
|
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A.
Latar
Belakang Masalah ................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................................................. 2
C.
Tujuan
Penulisan ............................................................................................... 2
D.
Manfaat
Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A.
Prospek
Pendidikan SMK di Era Globalisasi ................................................... 3
B.
Peran
dan Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan SMK ............................ 5
1.
Peran
globalisasi terhadap pendidikan SMK .............................................. 5
2.
Dampak
globalisasi terhadap pendidikan SMK ......................................... 5
C.
Strategi
SMK Dalam Menghadapi Tantangan Global ...................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 18
A.
Kesimpulan
....................................................................................................... 18
B.
Saran
................................................................................................................. 18
C.
Daftar
Pustaka .................................................................................................. 18
ii
|
PENDIDIKAN SMK DI ERA GLOBALISASI
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Globalisasi adalah suatu
proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu
titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui
dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua
bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada
bidang pendidikan.
Memasuki abad
ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-based economy tampak kian
dominan. Paradigma ini menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan ekonomi dalarn
banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua,
hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat
dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan
ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang
(Alhumami, 2004). Telah banyak sumber dan pakar ekonomi pendidikan mengatakan
bahwa pendidikan memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai
kajian akadernis dan kajian empiris telah membuktikan hal ini. Pendidikan bukan
saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas (merniliki
pengetahuan dan keterampilan serta· menguasai teknologi) tetapi juga dapat
menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Persaingan untuk menciptakan
negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran
raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan
otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah
satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan
budaya bangsa Indonesia.
Menjawab kebutuhan pada persaingan global tersebut,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hadir sebagai kebutuhan pendidikan yang lebih
mengacu pada sumber daya manusia yang siap pakai, mempunyai kompetensi yang
handal, yang mampu menjawab tantangan global.
1
|
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang tersbut, rumusan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana prospek
pendidikan SMK dalam era globalisasi ?
2. Bagaimana
peran dan dampak globalisasi tehadap pendidikan SMK ?
3. Apa strategi yang digunakan di pendidikan SMK untuk
menjawab tantangan globalisasi ?
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, bagi diri kami
pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan
yang lebih bagi mahasiswa, baik dalam lingkup Universitas Negeri Semarang
maupun di civitas akademika yang lain.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak
globalisasi terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai
globalisasi. Para pembaca yang dominan dari kaula mahasiswa bisa digunakan
untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas, sehingga kedepannya
tercipta sdm-sdm yang unggul.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti
penting globalisasi sehingga dampak negatif yang berimbas bisa lebih
diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap adanya
pendidikan semakin lebih baik.
D. MANFAAT
PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mengetahui prospek
pendidikan SMK di era globalisasi
2.
Mengetahui dampak dan
peran pendidikan SMK di era globalisasi
3.
Mengetahui strategi
yang di gunakan dalam pendidikan SMK untuk menjawab tantangan global.
2
|
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PROSPEK
PENDIDIKAN SMK DI ERA GLOBALISASI
Era globalisasi beberapa terakhir ini menghadapkan
manusia pada keadaan dimana perubahan terjadi secara cepat disegala aspek
kehidupan manusia. Kemampuan beradaptasi dan berinovasi untuk mencapai
kemandirian merupakan suatu keniscayaan. Sayangnya bangsa Indonesia yang telah
lebih dari 67 tahun merdeka masih menjadi penonton di negerinya sendiri.
Padahal di era tanpa batas saat ini, kualitas kemandirian manusia akan diuji
sebagai perubahan tersebut. Era globalisasi juga berdampak pada persaingan yang
semakin kompetitif. Untuk bisa memenangkan persaingan, setiap negara tak
terkecuali Indonesia harus memiliki sumber daya yang berkualitas.
Saat ini bangsa Indonesia masih terlilit persoalan
kemiskinan dan pengangguran. Hal tersebut sangat mempengaruhi daya saing
bangsa. Hal tersebut bisa dilihat dari Human Development Index yang semakin
menurun. Pada tahun 2011 Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara.
Indonesia bahkan jauh tertinggal dari negara tetangga terdekat seperti Malaysia
dan Singapore. Lebih memprihatinkan lagi, jumlah pengangguran terdidik yang
cukup tinggi. Berdasarkan data BPS pada Februari 2012, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) untuk tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana
masing-masing 7,5% dan 6,95%. TPT pendidikan menengah masih tetap menempati posisi
tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34% dan TPT Sekolah
Menengah Kejuruan sebesar 9,51%.
Banyaknya lulusan terdidik yang menganggur bisa jadi
disebabkan kualifikasi yang tidak sesuai akibat rendahnya relevansi kurikulum
dengan keahlian yang dibutuhkan terutama untuk pengangguran lulusan SMA.
Lulusan SMA di persiapkan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun
kenyataannya banyak lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan sehingga akhirnya
mereka harus menganggur karena tidak dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja.
Selain lulusan SMA, angka pengangguran yang cukup tinggi juga terjadi di level
sarjana. Hal tersebut menjadi PR besar untuk kita semua. Nampaknya kita segera
berbenah dengan cara menambah dan mensosialisasikan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebagai pencetak tenaga ahli dan wirausahawan tangguh dan dan juga
mengubah mindset para sarjana untuk menjadi seorang wirausahawan yang mampu
melahirkan inovasi-inovasi melalui risetnya sehingga kita menjadi salah satu
pemain utama dalam percaturan global.
3
|
Dengan kurikulum yang di rancang khusus, menyebabkan siswa
SMK tidak hanya mendapatkan pendidikan secara teori saja, namun dibekali
keterampilan yang bisa di manfaatkan setelah lulus nanti.
Saat ini anak-anak SMK sudah mulai menunjukkan
prestasinya dalam berinovasi. Beberapa hasil inovasi anak SMK adalah:
1. Pesawat Jabiru J430 SMKN 29 Jakarta
Sungguh prestasi yang luar biasa dimana siswa SMKN 29
telah mampu mengeluarkan pesawat rakitannya yang diberi nama Jabiru J430.
Sekolah ini dipimpin oleh Kepala Sekolah yang luar biasa, yaitu Bapak Dedi
Dwitagama yang belum lama ini mendapatkan Penghargaan Guraru Award 2012 karena
prestasinya dalam memanfaatkan IT untuk pendidikan. Pesawat ini diperkirakan
mampu terbang hingga Bali dan Malaysia. Pesawat ini menggunakan bahan bakar pertamax
dan berkecapatan kurang labih 130 knot dan mampu menjangkau jarak
Jakarta-Surabaya dalam waktu 3 jam hanya dengan 80 pertamax. Sungguh luar biasa
2. Mobil Kiat Esemka SMK 2 Surakarta
Salah satu hasil karya anak negeri yang fenomenal
adalah mobil Kiat ESEMKA, hasil karya siswa SMK 2 Surakarta. Hasil karya asli
anak negeri ini telah cukup banyak menyita perhatian publik dan pemerintah dan
menjadi bahan pembiacaraan dimana-mana, dari mulai warung kopi sampai diteras
megah DPR/MPR. Mobil ini berkapasitas 7 penumpang dan dilengkapi dengan power
window, AC dual zone, power steering, central lock, sistem audio dengan CD,
serta sensor parkir.
Tentunya masih banyak karya siswa SMK lainnya di
Indonesia yang belum saya ungkapkan disini. Banyak juga siswa SMK di tmpat lain
yang telah mampu berinovasi. Semoga semakin banyaknya inovasi yang lahirkan
bisa memacu motivasi siswa-siswa SMK lainnya untuk menunjukkan karya-karya
inovatif lainnya dan pemerintah hendaknya bisa lebih mengingkatkan kompetensi
mereka dengan banyak menggandeng dunia usaha/industri sehingga bisa mengetahui
apa yang mereka butuhkan.
Jika hal – hal tersebut mendapat perhatian dan
dukungan dari pemerintah, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu
negara yang mampu bersaing di tengah .
4
|
B. PERAN DAN DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN SMK
1. Peran globalisasi terhadap pendidikan SMK
Dunia
globalisasi yang semakin terasa mau tidak mau telah membawa perubahan yang
signifikan terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan SMK. Perubahan –
perubahan tersebut telah membawa sebuah paradigma baru dalam dunia SMK.
Beberapa perubahan yang mendasar dalam paradigma baru pendidikan menengah
kejuruan adalah:
a.
Proses peralihan dari
orientasi lama, ke orientasi baru yang sering diistilahkan dari sistem supply
driven atas kebutuhan sosial masyarakat, ke sistem demand driven yang dipacu
oleh kebutuhan pasar kerja. Selama ini kata-kata, berapa prosen tamatan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yang diluluskan, dibalik menjadi berapa prosen tamatan
SMK dapat diserap di dunia usaha dan industri;
b.
Pendidikan berbasis
sekolah (School Based Program), mengacu ke pendidikan berbasis ganda (Dual
Based Program);
c.
Pengajaran berbasis
pelajaran (Subject Matter Based Program), menuju pengajaran berbasis kompetensi
(Competencies Based);
d.
Program dasar yang
sempit (Narrows Based Program), menuju ke program dasar yang mendasar, kuat,
dan lebih luas (Broad Based Curriculum);
e.
Pendidikan formal yang
kaku menuju ke pendidikan yang luwes (Multy Entry and Multy Exit);
f.
Tidak mengakui keahlian
dari luar sekolah, paradigma baru mengakui kompetensi yang diperoleh dari
manapun, dan dengan cara apapun (Recognition of Prior Learning);
g.
Pemisahan yang tegas
antara pendidikan dan pelatihan menjadi program diklat;
h.
Pendidikan bersifat
terminal (Dead End), menuju pendidikan berkelanjutan (Bridging Program);
i.
Manajemen terpusat,
menuju pada manajemen mandiri.
2. Dampak globalisasi terhadap pendidikan SMK
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga
pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk
menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta
memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
5
|
1. Dampak
Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
a.
Pengajaran Interaktif
Multimedia
Kemajuan tekonologi akibat pesatnya arus globalisasi,
merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat
klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti
komputer dan internet. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur,
sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana
sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang
sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat
digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
b.
Perubahan Corak
Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh
negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF
dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan
harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah
diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari
corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan
pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan
karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia
pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet
dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan
serta sharing antar siswa terutama dengan mereka yang berjauhan tempat
tinggalnya.
c.
Pembelajaran Berorientasikan
Kepada Siswa Dulu
6
|
2. Dampak
Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
a.
Komersialisasi
Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam
pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media
bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis
yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa
tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah
satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa
menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus
membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga
pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166). .
b.
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses
informasi dengan mudah juga dap at
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang
berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian,
rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan
seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun,
termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan
melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang
siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki
yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya
pada proses belajar mengajar.
c.
Ketergantungan
Mesin-mesin
penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan
pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
7
|
C. STRATEGI SMK DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
Siap kerja atau tidak tentunya tidak lepas
dari strategi ataupun managemen
pendidikan yang di terapkan di suatu SMK terkait. Beberapa analisis mengenai
managemen pendidikan terkait dengan program yang akhirnya menghasilkan input
mutu lulusan yang kompeten yang mampu bersaing di tengah arus globalisasi. Semua
itu tidak lepas dari profesionalisme dari berbagai elemen di dalam lingkungan
pendidikan, termasuk guru, staff, dan system yang berjalan dalam kancah arena
pendidikan tersebut. Beberapa program dikembangkan itu dapat dipaparkan
pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Melakukan kerjasama dengan industri –
industri yang sesuai dengan kompetensi sekolah
Di dalam meningkatkan mutu
lulusan , maka dilakukan usaha untuk menjalin hubungan kerjasama dengan
industri – industri yang terkait. Hal ini dilakukan untuk memacu motivasi siswa
dalam meraih ambisi dan prestasinya untuk siap terjun di dunia kerja. Dalam hal
ini kepala sekolah melakukan managemen untuk mewujudkan hal ini. Dengan di
bantu staf – staf terkait,misal membentuk staf khusus untuk menangani hal
ini,yaitu staf yang berfungsi untuk mengkoordinasi dengan industri – industri
untuk melancarkan hubungan kerja sama ini.
Untuk mensukseskan kerjasama
ini maka sekolah mengadakan evaluasi tentang standard sekolah tersebut. Penentu
keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah.
Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan
kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. Menurut
Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah dan
antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan
pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang
mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan,
kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
Langkah – langkah yang dapat
di ambil untuk memudahkan kerjasama industri ini adalah faktor meningkatkan
mutu sekolah untuk menjalin kepercayaan dengan pihak industri sehingga sekolah
akan dapat memberikan komitmen kepada industri atas lulusannya, sehingga
kepercayaan industri terhadap lulusan akan tinggi. Langkah – langkah yang dapat
dilaknsanakan diantaranya :
a.
Meningkatkan managemen sekolah tentang pelaksanaan praktek industri (
magang ). Sekolah.
b.
Menjalin hubungan yang lebih erat dengan dunia usaha. saling menguntungkan.
c.
Melaksanakan komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja
d.
8
|
2.
Meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.
Kurikulum
pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung
oleh fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar
yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif,
diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja
dan laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada
sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja
sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Hal ini sangat
crusial dan penting dilakukan untuk dilakukan karena sarana dan prasarana
sekolah adalah hal yang sangat pokok dalam penciptaan kesuksesan belajar
mengajar di sekolah. Pengadaan alat – alat praktek serta laboratorium praktek
yang dapat menunjang pengaplikasian teori ke dalam dunia realita adalah sangan
mutlak dilakukan dalam pembelajaran kejuruan di SMK, sehingga output lulusan
SMK tidak hanya mengetahui dan memahami akan suatu teori belaka, tetapi dapat
lebih interaktif mengimplementasikan teori – teori yang didapat dalam
hubungannya dengan dunia kerja dan dunia nyata yang secara harfiah SMK
menciptakan lulusan yang trampil dan siap kerja.
Untuk melakukan
dan mewujudkan hal ini, maka di adakan suatu audit kontrol managemen ,baik
keuangan maupun managemen staff yang baik. Dengan di bantu staff ataupun guru –
guru , dilakukan evaluasi atau observasi , adakah kekurangan sarana dan
prasarana yang ada di sekolah tersebut. Hasil observasi ini di data dan
dirapatkan, kemudian dengan menimbang audit keuangan sekolah tersebut maka
dapat di rancang suatu program kelengkapan / pembelian alat – alat sekolah
secara terencana sesuai dengan kemampuan keuangan sekolah tersebut. Hal lain
yang bisa dilakukan adalah membuat suatu tim untuk mengajukan proposal kepada
pemerintah agar pemerintah bisa ikut andil dalam membantu perwujudan
kelengkapan sarana dan prasarana sekolah ini. Tentu hal ini dilakukan dalam suatu
team managemen yang baik,dan diawasi pelaksanaannya oleh semua pihak yang
terkait.
3.
Mengadakan pengelolaan pendidikan yang baik
9
|
a.
Perubahan dari pendekatan Supply
Driven ke Demand Driven.
Dengan demand driven ini mengharapkan dunia
usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan,
mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang
lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya,
dunia kerja ikut berperan serta karena proses pendidikan itu sendiri lebih
dominan dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi hasil
pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan
itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja.
Sebagai salah
satu bentuk penerapan prinsip demand
driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi
kurikulum yang direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK
diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri,
serta memiliki relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan.
Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca keahlian
dan performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha atau industri untuk dapat
dimasuki oleh lulusan SMK.
b. Perubahan dari pendidikan
berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based
Program).
Perubahan dari
pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan
kebijakan link and match,
mengharapkan supaya program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat.
Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek
dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu
keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing.
Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan
pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau
sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan,
wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
c. Perubahan dari model pengajaran yang
mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensi.
Perubahan ke
model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran
secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan.
Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan
kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.
10
|
d. Perubahan dari program dasar yang sempit
(Narrow Based) ke program dasar yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
Kebijakan link
and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang
mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang berwawasan sumberdaya manusia,
berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin
membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan yang memiliki keunggulan,
kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan
dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk
membentuk keunggulan, sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan
memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru
ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang
memungkinkan seseorang tamatan SMK memiliki kemampuan menyesuaikan diri
terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.
e. Perubahan dari sistem pendidikan formal
yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exit.
Dengan adanya
perubahan dari supply driven ke demand driven, dari schools based program ke
dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke program berbasis
kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan praktek
kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini
memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan
tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan
kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik tersebut dimungkinkan
meninggalkan sekolah.
Dan kalau
peserta didik tersebut ingin masuk sekolah kembali menyelesaikan program SMK
nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan
mengakui keahlian yang diperoleh peserta didik yang bersangkutan dari
pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem program berbasis ganda juga
memerlukan pengaturan praktek kerja di industri sesuai dengan aturan kerja yang
berlaku di industri yang tidak sama dengan aturan kalender belajar di sekolah.
f.
Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah
diperoleh sebelumnya,ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana
dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
11
|
g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan
dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan
pelatihan kejuruan secara terpadu.
Program baru
pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi
kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan
kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan
standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai
melalui program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman
kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.
h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem
berkelanjutan
Sistem baru
tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera
menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru
juga mengakui banyak tamatan SMK yang potensial, dan potensi keahlian
kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap mereka ini
diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang
mengakui dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman
kerja sebelumnya.
Untuk
mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program antara”
(bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yang sudah
berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih
tinggi.
i.
Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip
desentralisasi)
Pola baru
manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan
sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada
kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat
strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan
berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan,
untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik menurut
sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas
memberikan penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka
yang pantas ditindak.
j.
Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat,
ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat
12
|
Semua
pengelolaan yang di paparkan dalam berbagai perubahan secara terpadu terrsebut
dapat dilaksanakan dengan baik jika di koordinir dengan managemen staff yang
baik, kesatuan misi, dan kontrol yang baik pula, di perlukan usaha keras untuk
bisa mewujudkan pola – pola pengelolaan baik dalam hal PBM maupun non PBM ,
sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat di evaluasi hasilnya demi
terwujudnya lulusan yang kompetitif dan mempunyai kemampuan baik di dunia
masyarakat maupun di dunia kerja.
4.
Menekankan pembelajaran berbasis IPTEK pada SMK yang
dikelola.
Pendidikan
kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum. Perbedaan
tersebut dapat dikaji dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran dan
lulusannya. Pendidikan kejuruan seyogianya memiliki kriteria sebagai berikut :
a.
Orientasi pada kinerja individu dunia kerja
b.
Jastifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan
c.
Fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotor, afektif dan kognitif
d.
Tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah
e.
Kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja
f.
Memerlukan saana dan prasarana yang memadai
g.
Adanya dukungan masyarakat
5.
Menerapkan asas belajar tuntas pada SMK yang dikelola.
Model
pembelajaran yang dapat dikembangkan di SMK dapat dipilih dari rumpun yang
berhubungan dengan perilaku (behavioral), karena di SMK pada intinya
mendasarkan pada teori pembelajaran behaviorism.
Teori ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar, yang menjadi prinsip dalam pembelajaran keahlian di SMK. Model
mengajar dari rumpun sistem tingkah laku (the behavioral systems family of
models, Joyce : 2000) yang dapat diterapkan di SMK diantaranya adalah belajar
tuntas.
Belajar tuntas
merupakan suatu kerangka dalam merencanakan pembelajaran yang berurutan,
dirumuskan oleh John B. Carroll (1971) dan Benyamin Bloom (1971). Belajar
tuntas disajikan secara ringkas dan menarik untuk meningkatkan pencapaian hasil
belajar (kinerja) peserta didik. Secara tradisional, kecerdasan dianggap
sebagai karakter yang berhubungan dengan hasil belajar peserta didik. Carroll
memandang kecerdasan sebagai sejumlah waktu yang digunakan seseorang untuk
belajar dibanding kapasitasnya untuk menguasai bahan ajar. Dalam pandangan
Carroll, peserta didik yang mempunyai penguasaan bahan ajar dibanding dengan
peserta didik yang mempunyai kecerdasan lebih tinggi.
13
|
Dalam upaya
penerapan model belajar tuntas pada pembelajaran keahlian di SMK, dapat
digunakan berbagai pendekatan sebagai berikut :
a.
Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training)
Pelatihan
berbasis kompetensi merupakan proses pengajaran yang perencanaan, pelaksanaan
dan penilaiannya mengacu kepada penguasaan kompetensi peserta didik. Tujuan
dari pendekatan ini adalah agar kegiatan yang dilakukan dalam proses pengajaran
benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai penguasaan
kompetensi yang telah diprogramkan bersama antara sekolah dengan dunia usaha
dan dunia industri.
Dengan
pendekatan pelatihan berbasis kompetensi ini, pembelajaran pada intinya berisi
seperangkat kompetensi yang perlu dimiliki peserta didik melalui proses
kegiatan pembelajaran yang memiliki ciri sebagai berikut :
1)
Kegiatan pembelajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta didik
2)
Proses pembelajaran harus memiliki kesepadanan dengan kondisi dimana
kompetensi tersebut akan digunakan
3)
Aktivitas pembelajaran bersifat perseorangan (individualized instruction),
antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya tidak ada ketergantungan
4)
dia program pengayaan (enrichment) bagi peserta didik yang lebih cepat dan
program perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang lebih lamban
Strategi
pembelajaran ini menekankan penguasaan kompetensi sesuai standar yang
ditentukan, melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
secara terstruktur serta berfokus pada peserta didik (learner focused) melalui
penyelesaian tugas/kompetensi (task focused) secara bertahap. Oleh karena itu,
dalam penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan pelatihan berbasis
kompetensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1)
Kurikulum harus dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi yang
ditetapkan oleh industri/asosiasi profesi, dan memuat isi yang menunjang
pencapaian kompetensi
2)
Modul/bahan ajar harus dikembangkan berdasarkan kurikulum dan standar
kompetensi, serta mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengikuti program sesuai dengan tingkat kecepatan yang dimilikinya
3)
Guru atau instruktur harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya
4)
Peserta didik, telah memiliki pengetahuan dasar yang memadai
5)
Kegiatan diklat diorganisasi secara tepat agar dapat dilaksanakan secara
fleksibel dan memberikan perlakuan secara adil kepada peserta didik sesuai
dengan potensi yang dimilikinya
6)
Fasilitas harus memadai untuk seluruh peserta didik, baik dari sisi jenis,
jumlah dan kualitas
7)
14
|
8)
Biaya operasional diklat, memadai sesuai kebutuhan operasional dalam
pencapaian kompetensi peserta didik
b.
Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training)
Pelatihan
berbasis produksi adalah proses pembelajaran keahlian atau keterampilan
dirancang berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job)
untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Tujuan
dari pelatihan berbasis produksi adalah :
Membekali
peserta dengan kompetensi yang sepadan dengan tuntutan dunia kerja, sekaligus
menghasilkan produk/jasa yang laku dijual.
Menanamkan
pengalaman produktif dan mengembangkan sikap wirausaha, melalui pengalaman
langsung memproduksi barang atau jasa yang berorientasi pasar (konsumen)
Dengan kriteria
pembelajaran tersebut di atas, pada dasarnya desain yang lebih memungkinkan
adalah mengintegrasikan pelaksanaan pelatihan berbasis produksi dengan
penyelenggaraan unit produksi sekolah. Kondisi ini sejalan dengan tujuan
penyelenggaraan unit produksi, yaitu :
1)
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan praktik yang
berorientasi pasar
2)
Mendorong peserta didik dan guru dalam pengembangan wawasan ekonomi dan
kewirausahaan
3)
Memperoleh tambahan dana untuk membantu mengatasi kekurangan biaya
operasional sekolah, terutama digunakan untuk perawatan dan perbaikan fasilitas
4)
Meningkatkan pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di sekolah
5)
Meningkatkan kreativitas peserta didik dan guru
6)
Dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, terutama
menyangkut keterampilan yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan masyarakat,
sehingga diharapkan dapat lebih cepat menyesuaikan diri terhadap dunia kerja.
c.
Pelatihan berbasis industri (Pembelajaran di dunia kerja)
15
|
Dalam
pelaksanaan PSG, kedua belah pihak secara sungguh-sungguh terlibat dan
bertanggung jawab mulai dari tahap peencanaan program, tahap penyelenggaraan,
sampai pada tahap penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya
pemasaran tamatannya. Mengingat iklim kerja yang ada di sekolah berbeda dengan
yang terjadi di dunia kerja, maka sekolah harus benar-benar menyiapkan peserta
sesuai dengan karakteristik dan tuntutan dunia kerja tempat berlatih. Bukan
hanya menyangkut dasar-dasar kompetensi, tetapi juga menyangkut kesiapan fisik,
mental, wawasan dan orientasi kerja yang benar.
Pelatihan
berbasis industri pada dasarnya memiliki nilai kebermaknaan lebih tinggi,
terutama dalam memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik.
Pelatihan berbasis industri ini dapat memberikan pengalaman belajar dan bekerja
bagi peserta didik sesuai dengan dunia nyata pada dunia kerja sesuai dengan
keahlian yang dimiliki, sehingga lulusan pendidikan kejuruan mampu bersaing
untuk bekerja pada dunia usaha atau industri sesuai dengan bidang keahlian yang
dikuasainya.
6.
Pembelajaran akhlak, keimanan,nasionalisme dan
kedisiplinan.
Kompetensi yang
akan di tembak sasarannya pada pengelolaan SMK yaitu terwujudnya lulusan yang
berkompeten di dunia kerja akan tidak ada gunanya jika tidak di bekali dengan
akhlak dan keimana yang kuat. Oleh karena itu ujung akhir dalam pengelolaan
pendidikan pada SMK yang akan saya kelola akan saya acukan kepada pembentukan
moral yang beriman dan berakhlak, hal ini bisa dilakukan dengan penambahan mata
pelajaran agama serta mata pelajaran akhlak yang dicontohkan melalui PBM dan
teladan – teladan para guru dan elemen terkait.
Di samping hal
itu pendidikan kewarganegaraan yang mengacu pada rasa nasionalisme dan
pengajaran kedisiplinan juga penting dilakukan. Dengan memperketat kedisiplinan
di sekolah yang akan saya kelola dengan menjalin suatu managemen yang merangkul
semua elemen termasuk pembuatan kebijakan yang mengacu pada kedisiplinan
sekolah, yang tidak lepas dari kerjasama dengan pihak konseling ( BP ) akan
diterapkan untuk mewujudkan hal itu.
Perencanaan,
pelaksanana, pengontrolan dan evaluasi dari berbagai pihak tentang mewujudkan
poin ini tentu akan sangat membantu menerapkan jiwa disiplin, jiwa nasionalis,
dan jiwa manusia yang beralhlak untuk terwujudnya lulusan yang tidak hanya
kompeten di bidang IPTEK dan dunia kerja, tetapi juga menciptakan lulusan yang
berkualitas, berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
7.
Pengenalan Dunia Kewirausahaan
16
|
Pada lingkup pendidikan
kewirausahaan di sekolah yang paling penting adalah pemberian motivasi dengan
kehidupan nyata melalui pemberian pengalaman langsung menjadi seorang
wirausaha. Dari sini diharapkan timbul perilaku antusias yang besar dalam diri
tiap peserta didik untuk mengikuti pendidikan kewirausahaan yang mereka tidak
pernah kenal sebelumnya dan seakan-akan menjadi seorang pengusaha itu merupakan
sesuatu yang sulit. Kewirauasaan di sekolah bertujuan agar siswa mampu membuka
usaha mandiri yang lebih kreatif dan inovatif. Agar proses pembelajaran di
sekolah terutama di SMK tempat saya mengajar mampu melahirkan lulusan yang
memiliki perilaku wirausaha, maka perlu dikembangkan Bisnis Centre sebagai
media pembelajaran bagi siswa dalam berwirausaha, latihan – latihan ketrampilan
lain yang berbasis pada produksi.
17
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Globalisasi adalah
suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
di seluruh dunia. Dunia globalisasi telah melahirkan persaingan tanpa batas
antar negara di dunia. Hal ini membuat kesenjangan akan semakin tercipta
tatkala suatu negara tidak bisa menyikapi globalisasi secara bijaksana.
SMK hadir di tengah
globalisasi sebagai wujud persaingan negara Indonesia di bidang SDM. Dengan SDM
yang cakap pada bidangnnya di harapkan Indonesia mampu menempatkan dirinya
menjadi salah satu negara yang di perhitungkan dunia. Meskipun banyak menuai
dampak baik itu positif ataupun negativ akibat globalisasi, pendidikan SMK
harus terus di kembangkan agar mampu dan sesuai dengan tantangan global. Dengan
berbagai macam strategi di harapkan SMK mampu berbicara banyak pada kancah
internasional.
B. SARAN
Penulis
memberikan saran untuk :
1.
Pemerintah
Agar
para pemangku jabatan bisa lebih mengembangkan pendidikan SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) supaya SDM yang di hasilkan mampu bersaing di kancah internasional.
2.
Masyarakat
Agar
para oranng tua lebih memperhatikan kepentingan anknya dalam hal pendidikan
secara maksiml sebagai penerus estafet pemerintahan.
3.
Pembaca
Agar
senatiasa berkontribusi penuh dalam membantu pemerintah dalam hal pengembangan
SDM siswa SMK sesuai bidangnya masing – masing.
C. DAFTAR PUSTAKA
18
|
http://sholehindonesia.wordpress.com/2009/01/11/prospek-pendidikan-di-era-globalisasi/
di akses pada Jumat, 23 Mei 2013 pukul 09.20 p.m
http://suzieitaco.wordpress.com/2012/11/08/smk-bisa-ber-inovasi-untuk-indonesia-mandiri/
diakses pada Sabtu 25 Mei 2013 pukul 01.22 p.m
http://totabuanews.com/2013/03/21/pendidikan-smk-lebih-ke-pendidikan-karakter/
di akses pada Jumat 17 Mei 2013.
Asri B. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Munir. 2010. Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota
IKPI.
Surya, M. 2002. Dasar-dasar
Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas Terbuka. Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Rajawali Pers.
Januar,
I. 2006. Globalisasi pendidikan
dI indonesia, (Online), www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151,
diakses 18
Oktober 2011.
19
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar