Senin, 22 September 2014

biografi tokoh pengusaha sukses sukanto tanoto



Nama   : Dwi Wahyuningsih
NIM    : 7311412091
Prodi   : Manajemen B 2012
 





SUKANTO TANOTO
Terlahir dengan nama Tan Kang Hoo, Sukanto merupakan seorang pengusaha atau konglomerat tekaya  asal Indonesia versi majalah Forbes pada tahun 2006. Lahir di Belawan, Sumatera Utara 25 Desember 1949, Sukanto muda mengenyam pendidikan SD di Belawan (1960) sebelum melanjutkan ke jenjang SMP di Medan pada tahun 1963. Masa muda Sukanto diisi dengan membaca buku, bahkan di usia 12 tahun, Sukanto Tanoto sudah membaca buku tentang revolusi Amerika dan Perang Dunia. Disisi lain, Sukanto kecil juga merupakan anak yang lumayan bandel. Dia pernah di pukul menggunakan rotan sewaktu asal menjawab pertanyaan ibunya. Saat itu, Sukanto kecil pergi ke laut, sayang karena takut pada ibunya, ia asal jawab saat di tanya ibunya  pergi dari mana. Langsung rotan meluncur deras ke tubuhnya tanpa ampun. “Saya paling banyak makan rotan,” kenangnya tentang sosok sang ibu.
Sukanto muda bercita-cita menjadi seorang dokter. Karena obsesinya  tersebut, pada tahun 1973 – 1974  Sukanto masih senang memakai gelar dokter untuk namanya (Dokter Sukanto). Namun, di usia 18 tahun, ayahnya mengalami stroke yang membuat sulung dari tujuh bersaudara ini harus mengambil alih tanggung jawab keluarga. Ia meneruskan usaha orangtuanya berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil. Pekerjaan yang sudah menjadi bagian kesehariannya, karena dulu ia sering membantu orangtuanya sambil membaca buku. Dari situlah Sukanto belajar ketrampilan bisnis untuk pertama kalinya,  mulai dari menerima  kenyataan, tidak menyerah dalam keadaaan apapun, serta mencari solusi. 
Pindah ke kota Medan, Sumatera Utara, Sukanto  mengubah usahanya menjadi general contractor dan supplier.  Tidak selang lama, Sukanto mendapat tawaran kerja sama pekerjaan  kontraktor oleh  Sjam, seorang pejabat Pertamina dari Aceh. Walaupun  awalnya ia tidak tahu  predikat sang pejabat, ia menerima tawaran tersebut. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Sukanto  membangun rumah, memasang AC, pipa, traktor di Pangkalan Brandan, SUMUT  dan membuat lapangan di Prapat. Bahkan, pernah Sukanto mencari bahan bangunan sampai ke Sumbawa dan  Lampung.
Pandai melihat peluang, itulah Sukanto muda. Saat impor kayu lapis dari Singapura menghilang di pasaran, ia  berinisiatif mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita.“Negara kita kaya kayu, mengapa kita masih mengimpor kayu lapis. Saya itu pioneer,” ujarnya.  Pada tahun 1973, ia mengubah nama perusahaan menjadi PT Raja Garuda Mas (RGM), dengan ia menjadi direktur utama tahun tersebut. Kayu lapis merek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara pasaran bersama Eropa, Inggris, dan Timur Tengah. Sukanto menggunakan st rategiyang belum pernah di lakukan oleh orang lain, ketika belum ada orang yang membuka perkebunan swasta besar-besaran, walaupun  waktu itu sudah ada perkebunan asing di Sumatera. Setelah itu, Sukanto  mencoba melebarkan sayapnya dengan membuat perusahaan di bidang reforestation yang menghasilkan pulp, kertas, dan rayon, serta mampu  memasok bibit unggul pohon pembuat pulp dalam negeri. Perusahaan tersebut diberi nama PT Inti Indorayon Utama (IIU). Namun, perusahaan tersebut pernah ditutup sementara karena dugaan pencemaran danau Toba  oleh limbah pulp.
Mencoba belajar dari kesalahan dan tak mengulanginya lagi. Hal itulah yang ia tanamkan di perusahaannya di Riau. Di situ ia membuka Hutan Tanaman Industri dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar di dunia. Walaupun mulai berdiri tahun 1995, perusahaan baru beroperasi tahun 2001 dikarenakan adanya krisis. Tidak hanya mencari profit, Sukanto juga mencoba menjalankan CSR dengan membuat  program community development untuk penduduk setempat. Dalam hal ini, Sukanto bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat. Kegiatan dari program community development, anatara lain: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. “Mimpi saya kalau saya dapat seratus pengusaha Riau yang jadi milyader, saya senang,” imbuhnya.
Sukanto  tumbuh dewasa menyerupai peringai ibunya, tegas dan keras. Tapi, sifat tersbut justru yang membawanya menjadi salah satu pengusaha tersukses di Indonesia dengan memimpin sejumlah perusahaan di bawah grup Raja Garuda Mas Internasional.yang berbasis di Singapura.  Usaha utamanya adalah di sektor kertas dan kelapa sawit, sehingga tidak heran jika ia kemudian di juluki sebagai Si Raja Kertas dan Kelapa Sawit. Ia merupakan pengusaha yang berhasil berinvestasi di lebih  dari sepuluh Negara di dunia.
Usaha lain Sukanto adalah Bank. Ketika United City Bank mengalami kesulitan keuangan pada tahun 1986-1987, ia mengmbil alih mayoritas sahamnya dan bangkit dengan nama baru “Unibank”. Di Medan, ia pun menambah bidang properti dengan membangun Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak hanya didalam negeri, ia mencoba melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memilki perkebunan Kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filipina, dan  Electro Magnetic di Singapura, serta pabrik kertas di Cina (yang kini sudah di jual untuk memperbesar PT Riau Pulp).
Sejak tahun 1997, Sukanto memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil alih kantor pusat di negeri itu. Obsesinya, ingin menjadi pengusaha Indonesia yang mampu bersaing di arena global, minimal di Asia. Tujuan utamanya  adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan keunggulan kita untuk bersaing, paling tidak di Asia.
Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entrepreneurship  menghadapi krisis. Sukanto hendak melakukan penelitian  bagaimana pengusaha  di Eropa survive pada First World War, Second World War, bagaimana pengusaha Amerika melewati krisis pada tahun 1930, bagaimana pengusaha di Cina  survive, waktu perubahan rezim,  dan ketika ketika komunis masuk. Selain itu, Sukanto juga hendak mempelajari bagaimana pengusaha–pengusaha melalui Latin America (Brasi) mengalami krisis. Pertanyaan terbesarnya adalah “apa krisis itu memunculkan bibit-biibit entrepreneurship”.
Hingga sekarang, Sukanto Tanoto masih hobi membaca buku, baik itu buku bisnis maupun nonbisnis. Hampir tak ada waktu yang terbuang percuma di kehidupan Suaknto Tanoto ini. Manfaatnya tentu untuk mengupdate informasi dan guna keperluan bisnis serta kegiatan sosial sehari-harinya.
Satu lagi fakta yang di peroleh dari Sukanto, ternyata dia menguasai dua bahasa asing, Cina dan Inggris. Ia juga pernah mengikuti kursus di Insead, Paris, di MIT, selain masih tetap menjadi peserta Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Jakarta. Sampai sekarangpun, ia  terkadang mengambil cuti pendek untuk mengikuti kursus pendek. Terakhir, pada tahun 2001, ia mengikuti Wharton Fellows Program, di Amerika selam enam bulan untuk belajar dotcom.
“kalau di bisnis, kunci sukses saya ; think, act, learn, baca, dengar, lihat. Kedua, kalau saya tidak tahu, saya Tanya. Saya juga tidak merasa sungkan menceritakan kegagalan saya,” ceritanya lagi.
Hingga kini, PT Raya Garuda Mas telah mengantongi izin internasional dan bermarkas di Singapura. Ia menggambarkan bahwa bisnis yang dijalankan harus berkaitan dengan kehidupan, seperti pohon. Apa yang dibutuhkan pohon yakni berupa H2O dan CO2 yang output-nya adalah O2. Pengalaman masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran yang sangat luar biasa dan berpengaruh cukup serius kepada keberhasilannya memimpin beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil yang diskriminatif terhadap  ras yang mengalir di tubuhnya telah mampu membuatnya bertahan untuk mendapatkan haknya. Perjalanan sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada di garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun, secara dramatis, beliau mampu bertahan  dan bahkan mengmbil keuntungan dari krisis  yang terjadi di Indonesia.

Daftar pustaka
http://kolom-biografi.blogspot.com. Diunduh pada tanggal 27 November 2013.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar