Analisa rasio keuangan adalah analisis yang
menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan yang
lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian
terhadap suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan
manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur dapat
ditempuh untuk memperoleh dana.
Perhitungan Analisis Rasio
Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio
Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan
mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba tersebut. Yang termasuk dalam ratio ini adalah :
a.
Gross Provit Marginal
(Margin Laba Kotor)
Merupakan perandingan antar penjualan bersih
dikurangi dengan Harga Pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan
laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Rumus : GPM = (Laba Kotor / Penjualan Bersih) x 100%
Pada tahun 2010, = (62.009.766.595 / 516.581.827.768) 100% =
0,12 = 12%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
menghasilkan laba kotor dari pejualan bersih adalah sebesar 12%
b.
Net Profit Marginal
(Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunaka nuntuk mengukur
laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Rumus: NPM = (Laba setelah pajak / Total Aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 516.581.827.768) 100% =
0,05 = 5%
Kesimpulan: kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dari penjualan bersih adalah sebesar 5%
c.
Operating Profit Margin
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang
diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga
dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. RUMUS: OPM = (Laba usaha / Penjualan
Bersih) x 100%
Pada tahun 2010, = (39.294.864.546 / 516.581.827.768) x 100% =
0,07 = 7%
Kesimpulan: Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi
perusahaan, sehingga ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena
berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah,
dan yang tersedia untuk laba besar.
d.
Return of Asset
adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya
yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.
RUMUS: ROA = (Laba bersih setelah pajak / total aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 275.390.730.449) x 100% =
0,10 = 10%
Kesimpulan: laba bersih yang diperoleh dari operasi
perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan adalah sebesar 10%
e.
Return of Equity
Adalah Tingkat pengembalian yang dihasilkan
oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan.
Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap
tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan
tersebut.
RUMUS: ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Pemegang
Saham) x 100%
Pada tahun 2010, = (28.441.593.720 / 134.499.083.729) x 100% =
0,021 = 2%
f.
Rasio Perputaran
Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan
mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya
piutang disebabkan oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari
penjualan secara kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan
perputaran piutang.
RUMUS: Perputaran Piutang = (Penjualan / piutang usaha)
Kesimpulan: dalam hasil ini tingkat pengembalian atau
imbal balik perusahaan terhadap investor setiap tahunnya adalah sebsar 2%
Yang dimaksudkan dengan “Penjualan” dalam formula ini
adalah: total nilai penjualan untuk periode yang diukur, 1 Jan s/d 31 Des 2012
misalnya.
Sedangkan “Rata-rata Piutang” adalah: Rata-rata saldo
piutang untuk periode yang sama. Menghitung nilai rata-rata ini yang kadang
menjebak.
Dalam menghitung rata-rata saldo piutang, terkadang seseorang
hanya menggunakan “saldo awal” dan “saldo akhir” piutang, dijumlahkan, lalu
dibagi dua. Misalnya: Yang diambil hanya saldo piutang dagang per 31 Januari
ditambah saldo piutang dagang per 31 Desember, lalu dibagi dua. Cara ini akan
menghasilkan nilai rata-rata piutang yang tidak tepat.
Cara terbaik untuk menghitung nilai rata-rata piutang adalah dengan jalan: menjumlahkan semua saldo piutang disepanjang periode (dari 31 Jan + 28 Feb + 31 Mar…. dan seterusnya hingga 31 Desember), lalu dibagi total bulan—atau 12 jika perusahaan menggunakan periodisasi tahunan.
Cara terbaik untuk menghitung nilai rata-rata piutang adalah dengan jalan: menjumlahkan semua saldo piutang disepanjang periode (dari 31 Jan + 28 Feb + 31 Mar…. dan seterusnya hingga 31 Desember), lalu dibagi total bulan—atau 12 jika perusahaan menggunakan periodisasi tahunan.
Perhitungan Analisis Ratio
Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu
mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang
dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini
menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank).
Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah
perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.
a.
Total debt to equity
ratio (Rasio hutang terhadap Equitas)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri,
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibanya .
Rumus : Total Debt to Equity Ratio = (Total Hutang / Ekuitas
Pemegang Saham) x 100%
pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 134.499.083.729) x
100% = 1,04 = 100%
Kesimpulan: perusahaan
dibiayai oleh utang 100% untuk tahun 2010 menunjukan kreditor
menyediakan Rp.100,- untuk setiap Rp.100
b.
Total debt to asset
ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang
lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini
menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Rumus: Total Debt to Asset Ratio = (Total Hutang /
Total aktiva) x 100%
Pada tahun 2010, = (140.879.700.667 / 275.390.730.449) = 0,511 =
51%
Kesimpulan: pendanaan perusahaan
dibiayai dengan utang untuk tahun 2010 artinya bahwa setiap Rp.100,- pendanaan perusahaan Rp.51,-
dibiayai dengan utang dan Rp.49 disediakan
oleh pemegang saham.
Perhitungan Analisis Ratio
Likuiditas
Menunjukan besarnya kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo.
a.
Current Ratio
Merupakan Rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Rumus: Aktiva
Lancar
Hutang Lancar
Tahun
2009
Rp16.186.024 X 100% = 0.601864751
Rp26.893.125
= 60.18% / 60.2%
Tahun
2010
Rp18.730.627 X 100% = 0.914898662
Rp20.472.898
= 91%
Analisis Pada tahun 2009,
current ratio PT Telkom Tbk 60.2% yang diperoleh dengan perbandingan akyiva
lancar sebesar Rp16.186.024 dengan hutang lancar sebesar Rp26.893.125. Hal ini
berarti setiap Rp 1,- , hutang lancar tidak dapat dijamin oleh aktiva lancar
sebesar Rp 0.602
Pada tahun 2010, current ratio perusahaan
mengalami kenaikan dari 60.2% pada tahun 2009 menjadi 91% pada tahun 2010 yang
diperoleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp18.730.627 dengan hutang
lancar Rp20.472.898. Ini berarti setiap Rp1 , hutang lancar belom dapat dijamin
oleh aktiva lancar sebesar Rp 0.91
b.
Quick Ratio
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban finansialnya atas aktiva paling liquid. Rumus: Aktiva Lancar - Persediaan
X 100%
Hutang Lancar
Tahun
2009 Rp16.186.024
- Rp128.025 X
100% = Rp16.057.999 X
100%
Rp26.893.125
Rp26.893.125
= 0.597104241
= 59.7% / 60%
Tahun
2010 Rp18.730.627
- Rp90.140 X
100% = Rp18.640.487 X
100%
Rp20.472.898
Rp20.472.898
= 0.910495768
= 91%
Analisis Pada tahun 2009, quick
ratio Pt Telkom Tbk 60% yang diperoleh dengan perbandingan quick asset sebesar
Rp16.057.999 dengan hutang lancar Rp26.893.125. Hal ini berarti setiap Rp1,
hutang lancar belom bisa dijamin oleh quick asset sebesar Rp0.6.
Pada tahun 2010, quick ratio mengalami
kenaikan dari 60% pada tahun 2009 menjadi 91% pada tahun 2010 yang diperoleh
dengan perbandingan quick asset sebesar Rp18.640.487 dengan hutang lancar
Rp20.472.898. Ini berarti setiap Rp1, hutang lancar belom bisa dijamin quick
asset sebesar Rp0.91
c.
Cash Ratio
Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban finansial kas dan bank. Rumus: Kas(Bank) X 100%
Hutang Lancar
Tahun
2009 Rp 7.805.460
X 100% = 0.290239977
Rp26.893.125
= 29%
Tahun 2010 Rp
9.119.849 X 100% =
0.445459602
Rp20.472.898
= 44.5%
Analisis Pada tahun 2009, cash
ratio Pt Telkom Tbk sebesar 29% yang diperoleh dari perbandingan kas(bank)
sebesar Rp7.805.460 dengan hutang lancar sebesar Rp26.893.125. Hal ini berarti
setiap Rp1 hutang lancar dapat dijamin oleh cash asset sebesar Rp0.29
Pada tahun 2010, cash ratio Pt Telkom Tbk
mengalami kenaikan dari 29% pada tahun 2009 menjadi 44.5% pada tahun 2010 ,
dengan perbandingan kas(bank) sebesar Rp9.119.849 dengan hutang lancar sebesar
Rp20.472.898. Ini berarti setiap Rp1 , hutang lancar dapat dijamin oleh cash
asset sebesar Rp0.445
Perputaran modal kerja dihitung
dengan rumus:
Penjualan / (aktiva lancar-kewajiban
lancar)
Keterangan :
Penjualan dibagi dengan hasil dari pengurangan aktiva lancar dikurang kewajiban lancar
Penjualan dibagi dengan hasil dari pengurangan aktiva lancar dikurang kewajiban lancar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar