PENDIDIKAN
SMK DI ERA GLOBALISASI
DI
SUSUN OLEH :
1.
Devi
Tanti Putri (3312412039)
2.
Laela
Dwi Hapsari (3401412107)
3.
Safitri
Maya Nastiti (3401412144)
4.
Eko
Wahyudi (5301412023)
5.
Niswatul
Arifah (5301412037)
6.
Pawit
Kurniasih (7311412067)
7.
Dwi
Wahyuningsih (7311412091)
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
KATA
PENGANTAR
Segala
Puji bagi Allah yang telah memberikan begitu banyaknya nikmat kepada penulis
berupa nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di
era globalisasi seperti sekarang ini menjadi hal yang sangat penting, mereka
dibekali keterampilan agar siap bekerja setelah lulus nanti. Sekolah SMK di
Indonesia ini memiliki manfaat yang sangat besar, terutama bagi golongan
ekonomi menengah yang hanya bisa menyekolahkan anak-anaknya hanya sampai ke
jenjang menengah atas.
Pendidikan di SMK semakin tahun,
harus semakin banyak keterampilan yang
diajarkan di sekolah, hal ini dikarenakan lulusan SMK harus bisa menyesuaikan
zaman yang terus berkembang. Sehingga lulusan SMK dipercaya mampu terjun langsung
ke dunia kerja.
Di dalam kesempatan ini pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat
banyak kekurangan,oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semarang,
26 Mei 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul..................................................................................................................... i
Kata
Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar
Isi ............................................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang
Masalah ................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan
............................................................................................... 2
D.
Manfaat
Penulisan ............................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A.
Prospek
Pendidikan SMK di Era Globalisasi ................................................... 3
B.
Peran dan Dampak
Globalisasi Terhadap Pendidikan SMK ............................ 5
1.
Peran
globalisasi terhadap pendidikan SMK .............................................. 5
2.
Dampak
globalisasi terhadap pendidikan SMK ......................................... 5
C.
Strategi SMK
Dalam Menghadapi Tantangan Global ...................................... 8
BAB
III PENUTUP ........................................................................................................... 18
A.
Kesimpulan ....................................................................................................... 18
B.
Saran ................................................................................................................. 18
C.
Daftar Pustaka .................................................................................................. 18
PENDIDIKAN
SMK DI ERA GLOBALISASI
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat
yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya
adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk
diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison
A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu
dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti
bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan.
Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan
yang merujuk knowledge-based economy tampak kian dominan. Paradigma ini
menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan ekonomi dalarn banyak hal bertumpu pada
basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas
antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga,
pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang
mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang (Alhumami, 2004). Telah banyak sumber dan
pakar ekonomi pendidikan mengatakan bahwa pendidikan memberi kontribusi
terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai kajian akadernis dan kajian empiris
telah membuktikan hal ini. Pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya
manusia (SDM) berkualitas (merniliki pengetahuan dan keterampilan serta·
menguasai teknologi) tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan
kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama
di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia
tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni
disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah
globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Menjawab
kebutuhan pada persaingan global tersebut, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
hadir sebagai kebutuhan pendidikan yang lebih mengacu pada sumber daya manusia
yang siap pakai, mempunyai kompetensi yang handal, yang mampu menjawab
tantangan global.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang tersbut, rumusan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana prospek pendidikan SMK dalam
era globalisasi ?
2. Bagaimana
peran dan dampak globalisasi tehadap pendidikan SMK ?
3. Apa strategi yang digunakan di pendidikan SMK untuk
menjawab tantangan globalisasi ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, bagi diri kami
pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan
yang lebih bagi mahasiswa, baik dalam lingkup Universitas Negeri Semarang
maupun di civitas akademika yang lain.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak
globalisasi terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai
globalisasi. Para pembaca yang dominan dari kaula mahasiswa bisa digunakan
untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas, sehingga kedepannya
tercipta sdm-sdm yang unggul.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti
penting globalisasi sehingga dampak negatif yang berimbas bisa lebih
diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap adanya
pendidikan semakin lebih baik.
D. MANFAAT
PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mengetahui prospek pendidikan SMK di era
globalisasi
2.
Mengetahui dampak dan peran pendidikan
SMK di era globalisasi
3.
Mengetahui strategi yang di gunakan
dalam pendidikan SMK untuk menjawab tantangan global.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PROSPEK
PENDIDIKAN SMK DI ERA GLOBALISASI
Era globalisasi beberapa terakhir ini menghadapkan
manusia pada keadaan dimana perubahan terjadi secara cepat disegala aspek
kehidupan manusia. Kemampuan beradaptasi dan berinovasi untuk mencapai
kemandirian merupakan suatu keniscayaan. Sayangnya bangsa Indonesia yang telah
lebih dari 67 tahun merdeka masih menjadi penonton di negerinya sendiri.
Padahal di era tanpa batas saat ini, kualitas kemandirian manusia akan diuji
sebagai perubahan tersebut. Era globalisasi juga berdampak pada persaingan yang
semakin kompetitif. Untuk bisa memenangkan persaingan, setiap negara tak
terkecuali Indonesia harus memiliki sumber daya yang berkualitas.
Saat ini bangsa Indonesia masih terlilit persoalan
kemiskinan dan pengangguran. Hal tersebut sangat mempengaruhi daya saing
bangsa. Hal tersebut bisa dilihat dari Human Development Index yang semakin
menurun. Pada tahun 2011 Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara.
Indonesia bahkan jauh tertinggal dari negara tetangga terdekat seperti Malaysia
dan Singapore. Lebih memprihatinkan lagi, jumlah pengangguran terdidik yang
cukup tinggi. Berdasarkan data BPS pada Februari 2012, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) untuk tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana
masing-masing 7,5% dan 6,95%. TPT pendidikan menengah masih tetap menempati
posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34% dan TPT
Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51%.
Banyaknya lulusan terdidik yang menganggur bisa jadi
disebabkan kualifikasi yang tidak sesuai akibat rendahnya relevansi kurikulum
dengan keahlian yang dibutuhkan terutama untuk pengangguran lulusan SMA.
Lulusan SMA di persiapkan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun
kenyataannya banyak lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan sehingga akhirnya
mereka harus menganggur karena tidak dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja.
Selain lulusan SMA, angka pengangguran yang cukup tinggi juga terjadi di level
sarjana. Hal tersebut menjadi PR besar untuk kita semua. Nampaknya kita segera
berbenah dengan cara menambah dan mensosialisasikan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebagai pencetak tenaga ahli dan wirausahawan tangguh dan dan juga
mengubah mindset para sarjana untuk menjadi seorang wirausahawan yang mampu
melahirkan inovasi-inovasi melalui risetnya sehingga kita menjadi salah satu
pemain utama dalam percaturan global.
SMK hadir sebagai solusi pemerintah mengentaskan
pengangguran yang jumlahnya terus bertambah. Saat ini pemerintah tengah
giat-giatnya mempromosikan SMK, bahkan sedang mengubah proporsi jumlah SMA SMK
dari semula 70:30 menjadi 30:70. Mengapa SMK? SMK dianggap mampu menyiapkan
peserta didik yang kreatif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Joko Sutrisno
(2008). Bahkan, hasil sebuah survei menunjukkan bahwa di kota-kota di mana
populasi SMK lebih tinggi dari SMA, maka daerah tersebut memiliki pertumbuhan
ekonomi dan produk domestik regional bruto yang lebih tinggi. Namun melihat
masih banyaknya lulusan SMK yang menganggur kita harus segera membenahi sistem
pembelajaran SMK berbasis kompetensi sehingga bisa menghasilkan inovasi dan
juga mencetak jiwa kewirausahaan mereka. Sesuai logo “SMK BISA” dengan ciri
khas Siap Kerja, Santun dan Kompetitif di harapkan lulusan SMK mampu bersaing
di era globalisasi ini.
Dengan kurikulum yang di rancang khusus, menyebabkan siswa
SMK tidak hanya mendapatkan pendidikan secara teori saja, namun dibekali
keterampilan yang bisa di manfaatkan setelah lulus nanti.
Saat ini anak-anak SMK sudah mulai menunjukkan
prestasinya dalam berinovasi. Beberapa hasil inovasi anak SMK adalah:
1. Pesawat Jabiru J430 SMKN 29 Jakarta
Sungguh prestasi yang luar biasa dimana siswa SMKN 29
telah mampu mengeluarkan pesawat rakitannya yang diberi nama Jabiru J430.
Sekolah ini dipimpin oleh Kepala Sekolah yang luar biasa, yaitu Bapak Dedi
Dwitagama yang belum lama ini mendapatkan Penghargaan Guraru Award 2012 karena
prestasinya dalam memanfaatkan IT untuk pendidikan. Pesawat ini diperkirakan
mampu terbang hingga Bali dan Malaysia. Pesawat ini menggunakan bahan bakar
pertamax dan berkecapatan kurang labih 130 knot dan mampu menjangkau jarak
Jakarta-Surabaya dalam waktu 3 jam hanya dengan 80 pertamax. Sungguh luar biasa
2. Mobil Kiat Esemka SMK 2 Surakarta
Salah satu hasil karya anak negeri yang fenomenal
adalah mobil Kiat ESEMKA, hasil karya siswa SMK 2 Surakarta. Hasil karya asli
anak negeri ini telah cukup banyak menyita perhatian publik dan pemerintah dan
menjadi bahan pembiacaraan dimana-mana, dari mulai warung kopi sampai diteras
megah DPR/MPR. Mobil ini berkapasitas 7 penumpang dan dilengkapi dengan power
window, AC dual zone, power steering, central lock, sistem audio dengan CD,
serta sensor parkir.
Tentunya masih banyak karya siswa SMK lainnya di
Indonesia yang belum saya ungkapkan disini. Banyak juga siswa SMK di tmpat lain
yang telah mampu berinovasi. Semoga semakin banyaknya inovasi yang lahirkan
bisa memacu motivasi siswa-siswa SMK lainnya untuk menunjukkan karya-karya
inovatif lainnya dan pemerintah hendaknya bisa lebih mengingkatkan kompetensi
mereka dengan banyak menggandeng dunia usaha/industri sehingga bisa mengetahui
apa yang mereka butuhkan.
Jika hal – hal tersebut mendapat perhatian dan
dukungan dari pemerintah, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu
negara yang mampu bersaing di tengah .
B. PERAN DAN
DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN SMK
1. Peran
globalisasi terhadap pendidikan SMK
Dunia
globalisasi yang semakin terasa mau tidak mau telah membawa perubahan yang
signifikan terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan SMK. Perubahan –
perubahan tersebut telah membawa sebuah paradigma baru dalam dunia SMK.
Beberapa perubahan yang mendasar dalam paradigma baru pendidikan menengah
kejuruan adalah:
a.
Proses peralihan dari orientasi lama, ke
orientasi baru yang sering diistilahkan dari sistem supply driven atas
kebutuhan sosial masyarakat, ke sistem demand driven yang dipacu oleh kebutuhan
pasar kerja. Selama ini kata-kata, berapa prosen tamatan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yang diluluskan, dibalik menjadi berapa prosen tamatan SMK dapat
diserap di dunia usaha dan industri;
b.
Pendidikan berbasis sekolah (School
Based Program), mengacu ke pendidikan berbasis ganda (Dual Based Program);
c.
Pengajaran berbasis pelajaran (Subject
Matter Based Program), menuju pengajaran berbasis kompetensi (Competencies
Based);
d.
Program dasar yang sempit (Narrows Based
Program), menuju ke program dasar yang mendasar, kuat, dan lebih luas (Broad
Based Curriculum);
e.
Pendidikan formal yang kaku menuju ke
pendidikan yang luwes (Multy Entry and Multy Exit);
f.
Tidak mengakui keahlian dari luar
sekolah, paradigma baru mengakui kompetensi yang diperoleh dari manapun, dan
dengan cara apapun (Recognition of Prior Learning);
g.
Pemisahan yang tegas antara pendidikan
dan pelatihan menjadi program diklat;
h.
Pendidikan bersifat terminal (Dead End),
menuju pendidikan berkelanjutan (Bridging Program);
i.
Manajemen terpusat, menuju pada
manajemen mandiri.
2. Dampak
globalisasi terhadap pendidikan SMK
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga
pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk
menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta
memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan
bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah
globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari
pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:
1. Dampak
Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
a.
Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan
tekonologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti komputer dan internet. Apabila dulu, guru
menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau
menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan
pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film,
suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam
fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk
sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat
mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak
langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh,
tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad
(2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui
stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan
hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali,
mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
b.
Perubahan Corak Pendidikan
Mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa
perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis.
Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri
yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses
Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi
seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan
ilmu pengetahuan serta sharing antar siswa terutama dengan mereka yang
berjauhan tempat tinggalnya.
c.
Pembelajaran Berorientasikan Kepada
Siswa Dulu
Kurikulum
dahulu paling utama didasarkan pada
tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat
kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah
awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di
kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan
pendidikan. Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses
belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di
depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang
siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa
tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta
sendiri.
2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia
Pendidikan Indonesia
a.
Komersialisasi Pendidikan
Era
globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan
sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait
menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia
pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan
pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya
ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind
dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka
memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John
Micklethwait, 2007:166). .
b.
Bahaya Dunia Maya
Dunia
maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dap at memberikan dampak negative bagi siswa.
Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di
internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan
sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan
seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti
viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6
Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi
meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs
pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
c.
Ketergantungan
Mesin-mesin
penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan
pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
C. STRATEGI
SMK DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBALISASI
Siap kerja atau tidak tentunya tidak lepas
dari strategi ataupun managemen
pendidikan yang di terapkan di suatu SMK terkait. Beberapa analisis mengenai
managemen pendidikan terkait dengan program yang akhirnya menghasilkan input
mutu lulusan yang kompeten yang mampu bersaing di tengah arus globalisasi. Semua
itu tidak lepas dari profesionalisme dari berbagai elemen di dalam lingkungan
pendidikan, termasuk guru, staff, dan system yang berjalan dalam kancah arena
pendidikan tersebut. Beberapa program dikembangkan itu dapat dipaparkan
pelaksanaannya sebagai berikut:
1.
Melakukan kerjasama dengan industri – industri yang sesuai dengan
kompetensi sekolah
Di dalam meningkatkan mutu lulusan , maka dilakukan
usaha untuk menjalin hubungan kerjasama dengan industri – industri yang
terkait. Hal ini dilakukan untuk memacu motivasi siswa dalam meraih ambisi dan
prestasinya untuk siap terjun di dunia kerja. Dalam hal ini kepala sekolah
melakukan managemen untuk mewujudkan hal ini. Dengan di bantu staf – staf
terkait,misal membentuk staf khusus untuk menangani hal ini,yaitu staf yang berfungsi
untuk mengkoordinasi dengan industri – industri untuk melancarkan hubungan
kerja sama ini.
Untuk mensukseskan kerjasama ini maka sekolah
mengadakan evaluasi tentang standard sekolah tersebut. Penentu keberhasilan
tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar
keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja
yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. Menurut Starr
(1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah dan antar
Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan
pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang
mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan,
kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
Langkah – langkah yang dapat di ambil untuk
memudahkan kerjasama industri ini adalah faktor meningkatkan mutu sekolah untuk
menjalin kepercayaan dengan pihak industri sehingga sekolah akan dapat
memberikan komitmen kepada industri atas lulusannya, sehingga kepercayaan
industri terhadap lulusan akan tinggi. Langkah – langkah yang dapat
dilaknsanakan diantaranya :
a.
Meningkatkan
managemen sekolah tentang pelaksanaan praktek industri ( magang ). Sekolah.
b.
Menjalin
hubungan yang lebih erat dengan dunia usaha. saling menguntungkan.
c.
Melaksanakan
komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja
d.
Memanagemen pengeluaran rutin sebagai
biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan pembelajaran,
mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian peralatan, biaya
transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh dari
sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik juga guru
berharap untuk memberikan pengalaman belajar yang sebenarnya bagi peserta didik
sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir
yang juga harus menjadi perhatian adalah pembelian bahan habis sebagai bahan
praktikum yang digunakan secara rutin sesuai dengan program keahlian yang
dikembangkan pada SMK.
2.
Meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.
Kurikulum pendidikan kejuruan dalam
implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung oleh fasilitas beajar yang
memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan
situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, diperlukan banyak
perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium
adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada sebagai
fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Hal ini sangat crusial dan penting dilakukan
untuk dilakukan karena sarana dan prasarana sekolah adalah hal yang sangat
pokok dalam penciptaan kesuksesan belajar mengajar di sekolah. Pengadaan alat –
alat praktek serta laboratorium praktek yang dapat menunjang pengaplikasian
teori ke dalam dunia realita adalah sangan mutlak dilakukan dalam pembelajaran
kejuruan di SMK, sehingga output lulusan SMK tidak hanya mengetahui dan
memahami akan suatu teori belaka, tetapi dapat lebih interaktif
mengimplementasikan teori – teori yang didapat dalam hubungannya dengan dunia
kerja dan dunia nyata yang secara harfiah SMK menciptakan lulusan yang trampil
dan siap kerja.
Untuk melakukan dan mewujudkan hal ini,
maka di adakan suatu audit kontrol managemen ,baik keuangan maupun managemen
staff yang baik. Dengan di bantu staff ataupun guru – guru , dilakukan evaluasi
atau observasi , adakah kekurangan sarana dan prasarana yang ada di sekolah
tersebut. Hasil observasi ini di data dan dirapatkan, kemudian dengan menimbang
audit keuangan sekolah tersebut maka dapat di rancang suatu program kelengkapan
/ pembelian alat – alat sekolah secara terencana sesuai dengan kemampuan
keuangan sekolah tersebut. Hal lain yang bisa dilakukan adalah membuat suatu
tim untuk mengajukan proposal kepada pemerintah agar pemerintah bisa ikut andil
dalam membantu perwujudan kelengkapan sarana dan prasarana sekolah ini. Tentu
hal ini dilakukan dalam suatu team managemen yang baik,dan diawasi
pelaksanaannya oleh semua pihak yang terkait.
3.
Mengadakan pengelolaan pendidikan yang baik
Pengelolaan pendidikan adalah mutlak
dilakukan secara baik untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, income yang berbeda – beda jika di
lakukan proses pengelolaan yang baik maka akan menghasilkan output yang baik
dan relatif sama ,dalam artian misi dan kemampuannya akan sama jika digodog
dengan proses pendidikan yang pengelolaannya baik. Untuk mewujudkan hal ini,
maka di adakan suatu kerjasama dengan pihak – pihak terkait, di antaranya pihak
guru dalam mengelola pendidikan di dalam kelas, pihak staf – staf dalam
usahanya membangun suatu managemen di luar kegiatan PBM , dan pihak external
lainnya dalam managemen yang bergerak di bidang kerjasama dan
pengelolaan.Dengan di bantu suatu managemen dan pengawasan yang baik maka di
lakukan suatu keseragaman visi misi dari SMK yang dikelola, keseragaman pola
pengelolaan yang akan di terapkan dalam SMK yang akan dikelola
tersebut. Hal yang bisa dilakukan adalah di antaranya :
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke
Demand Driven.
Dengan demand
driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia kerja
lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan
kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut
kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta
karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan dalam menentukan kualitas
tamatannya, serta dalam evaluasi hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut
menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur dengan
ukuran dunia kerja.
Sebagai salah satu bentuk penerapan
prinsip demand driven, maka dalam
pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi kurikulum yang
direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan
sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat
mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta memiliki
relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui
sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca keahlian dan
performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha atau industri untuk dapat dimasuki
oleh lulusan SMK.
b.
Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program)
ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program).
Perubahan dari pendidikan berbasis
sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya
program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat. Sebagian program
pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan
sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang
diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui
proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai
dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain
pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai
tambah, dan pembentukan etos kerja.
c.
Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke
model pengajaran berbasis kompetensi.
Perubahan ke model pengajaran ke berbasis
kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi
pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi
ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan
berbentuk paket-paket kompetensi.
d.
Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar
yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya
pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih
luas. Sistem baru yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan
keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia
yang berkualitas dan yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan
pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta
didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk keunggulan,
sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan
matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi
dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang memungkinkan seseorang
tamatan SMK memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan
pekerjaan.
e.
Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan
menganut prinsip multy entry, multy exit.
Dengan adanya perubahan dari supply driven
ke demand driven, dari schools based program ke dual based program, dari model
pengajaran mata pelajaran ke program berbasis kompetensi; diperlukan adanya
keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan
prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang
telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya
berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta
didik tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah.
Dan kalau peserta didik tersebut ingin
masuk sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus membuka
diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh
peserta didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu,
sistem program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di
industri sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama
dengan aturan kalender belajar di sekolah.
f.
Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah
diperoleh sebelumnya,ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana
dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan harus
mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki
oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki
kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan
pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini
SMK perlu menyiapkan diri sehingga memiliki instrument dan kemampuan menguji
kompetensi seseorang darimana dan dengan cara apapun kompetensi itu didapatkan.
g.
Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke
sistem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara
terpadu.
Program baru pendidikan yang mengemas
pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan
pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan program
pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi kompetensi, dan
kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai melalui program pendidikan, program
pelatihan atau bahkan dengan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif
belajar sendiri.
h.
Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
Sistem baru tetap mengharapkan dan
mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga
produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui
banyak tamatan SMK yang potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih
berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya
program Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui dan menghargai
kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman kerja sebelumnya.
Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang
efisien diperlukan “program antara” (bridging program) guna memantapkan
kemampuan dasar tamatan SMK yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap
melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi.
i.
Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip
desentralisasi)
Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan
memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan
operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl
dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis, supaya memberi peluang bagi para
pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses pendewasaan
SMK perlu ditekankan, untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa
yang baik menurut sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang
secara taat azas memberikan penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan
menindak mereka yang pantas ditindak.
j.
Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat,
ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat
Sejalan dengan prinsip demand driven, dual
based program, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi
sekolah, sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK,
dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi.
Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku
ekonomis.
Semua pengelolaan yang di paparkan dalam
berbagai perubahan secara terpadu terrsebut dapat dilaksanakan dengan baik jika
di koordinir dengan managemen staff yang baik, kesatuan misi, dan kontrol yang
baik pula, di perlukan usaha keras untuk bisa mewujudkan pola – pola
pengelolaan baik dalam hal PBM maupun non PBM , sehingga dalam jangka waktu
tertentu dapat di evaluasi hasilnya demi terwujudnya lulusan yang kompetitif
dan mempunyai kemampuan baik di dunia masyarakat maupun di dunia kerja.
4.
Menekankan pembelajaran berbasis IPTEK pada SMK yang dikelola.
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik
yang berbeda dengan pendidikan umum. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari
kriteria pendidikan, substansi pelajaran dan lulusannya. Pendidikan kejuruan
seyogianya memiliki kriteria sebagai berikut :
a.
Orientasi
pada kinerja individu dunia kerja
b.
Jastifikasi
khusus pada kebutuhan nyata di lapangan
c.
Fokus
kurikulum pada aspek-aspek psikomotor, afektif dan kognitif
d.
Tolok
ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah
e.
Kepekaan
terhadap perkembangan dunia kerja
f.
Memerlukan
saana dan prasarana yang memadai
g.
Adanya
dukungan masyarakat
5.
Menerapkan asas belajar tuntas pada SMK yang dikelola.
Model pembelajaran yang dapat dikembangkan
di SMK dapat dipilih dari rumpun yang berhubungan dengan perilaku (behavioral),
karena di SMK pada intinya mendasarkan pada teori pembelajaran behaviorism. Teori ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar, yang menjadi prinsip
dalam pembelajaran keahlian di SMK. Model mengajar dari rumpun sistem tingkah
laku (the behavioral systems family of models, Joyce : 2000) yang dapat
diterapkan di SMK diantaranya adalah belajar tuntas.
Belajar tuntas merupakan suatu kerangka
dalam merencanakan pembelajaran yang berurutan, dirumuskan oleh John B. Carroll
(1971) dan Benyamin Bloom (1971). Belajar tuntas disajikan secara ringkas dan
menarik untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar (kinerja) peserta didik.
Secara tradisional, kecerdasan dianggap sebagai karakter yang berhubungan
dengan hasil belajar peserta didik. Carroll memandang kecerdasan sebagai
sejumlah waktu yang digunakan seseorang untuk belajar dibanding kapasitasnya
untuk menguasai bahan ajar. Dalam pandangan Carroll, peserta didik yang
mempunyai penguasaan bahan ajar dibanding dengan peserta didik yang mempunyai
kecerdasan lebih tinggi.
Oleh karena itu, dilakukan usaha untuk
mewujudkan pola belajar tuntas ini di SMK yang akan dikelola. Peran guru,
staff, dan elemen pendidikan yang lain sangat penting dalam menjlai kerjasama
untuk mewujudkan suatu managemen yang bertujuan untuk membangun pola belajar
tuntas pada SMK yang akan saya kelola.
Dalam upaya penerapan model belajar tuntas
pada pembelajaran keahlian di SMK, dapat digunakan berbagai pendekatan sebagai
berikut :
a.
Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training)
Pelatihan berbasis kompetensi merupakan
proses pengajaran yang perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya mengacu kepada
penguasaan kompetensi peserta didik. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar
kegiatan yang dilakukan dalam proses pengajaran benar-benar mengacu dan
mengarahkan peserta didik untuk mencapai penguasaan kompetensi yang telah
diprogramkan bersama antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri.
Dengan pendekatan pelatihan berbasis
kompetensi ini, pembelajaran pada intinya berisi seperangkat kompetensi yang
perlu dimiliki peserta didik melalui proses kegiatan pembelajaran yang memiliki
ciri sebagai berikut :
1)
Kegiatan
pembelajaran adalah penguasaan kompetensi oleh peserta didik
2)
Proses
pembelajaran harus memiliki kesepadanan dengan kondisi dimana kompetensi
tersebut akan digunakan
3)
Aktivitas
pembelajaran bersifat perseorangan (individualized instruction), antara satu
peserta didik dengan peserta didik lainnya tidak ada ketergantungan
4)
dia
program pengayaan (enrichment) bagi peserta didik yang lebih cepat dan program
perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang lebih lamban
Strategi pembelajaran ini menekankan
penguasaan kompetensi sesuai standar yang ditentukan, melalui kegiatan
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara terstruktur serta berfokus
pada peserta didik (learner focused) melalui penyelesaian tugas/kompetensi
(task focused) secara bertahap. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan
pembelajaran dengan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1)
Kurikulum
harus dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi yang ditetapkan oleh
industri/asosiasi profesi, dan memuat isi yang menunjang pencapaian kompetensi
2)
Modul/bahan
ajar harus dikembangkan berdasarkan kurikulum dan standar kompetensi, serta
mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti program sesuai
dengan tingkat kecepatan yang dimilikinya
3)
Guru
atau instruktur harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya
4)
Peserta
didik, telah memiliki pengetahuan dasar yang memadai
5)
Kegiatan
diklat diorganisasi secara tepat agar dapat dilaksanakan secara fleksibel dan
memberikan perlakuan secara adil kepada peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
6)
Fasilitas
harus memadai untuk seluruh peserta didik, baik dari sisi jenis, jumlah dan
kualitas
7)
Manajemen institusi perlu dikembangkan
sesuai dengan semangat pembaharuan
8)
Biaya
operasional diklat, memadai sesuai kebutuhan operasional dalam pencapaian
kompetensi peserta didik
b.
Pelatihan
Berbasis Produksi (Production Based Training)
Pelatihan berbasis produksi adalah proses
pembelajaran keahlian atau keterampilan dirancang berdasarkan prosedur dan
standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau
jasa sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Tujuan dari
pelatihan berbasis produksi adalah :
Membekali peserta dengan kompetensi yang
sepadan dengan tuntutan dunia kerja, sekaligus menghasilkan produk/jasa yang
laku dijual.
Menanamkan pengalaman produktif dan
mengembangkan sikap wirausaha, melalui pengalaman langsung memproduksi barang
atau jasa yang berorientasi pasar (konsumen)
Dengan kriteria pembelajaran tersebut di
atas, pada dasarnya desain yang lebih memungkinkan adalah mengintegrasikan
pelaksanaan pelatihan berbasis produksi dengan penyelenggaraan unit produksi
sekolah. Kondisi ini sejalan dengan tujuan penyelenggaraan unit produksi, yaitu
:
1)
Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan praktik yang berorientasi
pasar
2)
Mendorong
peserta didik dan guru dalam pengembangan wawasan ekonomi dan kewirausahaan
3)
Memperoleh
tambahan dana untuk membantu mengatasi kekurangan biaya operasional sekolah,
terutama digunakan untuk perawatan dan perbaikan fasilitas
4)
Meningkatkan
pendayagunaan sumber daya pendidikan yang ada di sekolah
5)
Meningkatkan
kreativitas peserta didik dan guru
6)
Dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, terutama menyangkut
keterampilan yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan masyarakat, sehingga
diharapkan dapat lebih cepat menyesuaikan diri terhadap dunia kerja.
c.
Pelatihan
berbasis industri (Pembelajaran di dunia kerja)
Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu
strategi dimana setiap peserta mengalami proses belajar melalui bekerja
langsung (learning by doing) pada pekerjaan yang sesungguhnya. Pelaksanaannya
dinamakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)/Praktek Industri sesuai dengan bidang
keahlian yang dikembangkan. PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron
program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh
melalui bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat
keahlian profesional tertentu.
Dalam pelaksanaan PSG, kedua belah pihak
secara sungguh-sungguh terlibat dan bertanggung jawab mulai dari tahap
peencanaan program, tahap penyelenggaraan, sampai pada tahap penilaian dan
penentuan kelulusan peserta didik, serta upaya pemasaran tamatannya. Mengingat
iklim kerja yang ada di sekolah berbeda dengan yang terjadi di dunia kerja,
maka sekolah harus benar-benar menyiapkan peserta sesuai dengan karakteristik
dan tuntutan dunia kerja tempat berlatih. Bukan hanya menyangkut dasar-dasar
kompetensi, tetapi juga menyangkut kesiapan fisik, mental, wawasan dan orientasi
kerja yang benar.
Pelatihan berbasis industri pada dasarnya
memiliki nilai kebermaknaan lebih tinggi, terutama dalam memberikan pengalaman
secara langsung kepada peserta didik. Pelatihan berbasis industri ini dapat
memberikan pengalaman belajar dan bekerja bagi peserta didik sesuai dengan
dunia nyata pada dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki, sehingga
lulusan pendidikan kejuruan mampu bersaing untuk bekerja pada dunia usaha atau
industri sesuai dengan bidang keahlian yang dikuasainya.
6.
Pembelajaran akhlak, keimanan,nasionalisme dan kedisiplinan.
Kompetensi yang akan di tembak sasarannya
pada pengelolaan SMK yaitu terwujudnya lulusan yang berkompeten di dunia kerja
akan tidak ada gunanya jika tidak di bekali dengan akhlak dan keimana yang
kuat. Oleh karena itu ujung akhir dalam pengelolaan pendidikan pada SMK yang
akan saya kelola akan saya acukan kepada pembentukan moral yang beriman dan
berakhlak, hal ini bisa dilakukan dengan penambahan mata pelajaran agama serta
mata pelajaran akhlak yang dicontohkan melalui PBM dan teladan – teladan para
guru dan elemen terkait.
Di samping hal itu pendidikan
kewarganegaraan yang mengacu pada rasa nasionalisme dan pengajaran kedisiplinan
juga penting dilakukan. Dengan memperketat kedisiplinan di sekolah yang akan
saya kelola dengan menjalin suatu managemen yang merangkul semua elemen
termasuk pembuatan kebijakan yang mengacu pada kedisiplinan sekolah, yang tidak
lepas dari kerjasama dengan pihak konseling ( BP ) akan diterapkan untuk
mewujudkan hal itu.
Perencanaan, pelaksanana, pengontrolan dan
evaluasi dari berbagai pihak tentang mewujudkan poin ini tentu akan sangat
membantu menerapkan jiwa disiplin, jiwa nasionalis, dan jiwa manusia yang
beralhlak untuk terwujudnya lulusan yang tidak hanya kompeten di bidang IPTEK
dan dunia kerja, tetapi juga menciptakan lulusan yang berkualitas, berguna bagi
masyarakat, bangsa dan negara.
7.
Pengenalan Dunia Kewirausahaan
Suatu negara bisa makmur jika dinegara tersebut
memiliki sedikitnya 2% wirausahawan dari total populasi. Sayangnya saat ini
Indonesia baru memiliki sekitar 500.000 wirausahawan atau sekitar 0,24% dari
total 240.000.000 penduduk Indonesia. Jauh dari kondisi ideal, yaitu baru
sepersepuluhnya. Sedangkan negara tetangga terdekat, Malaysia jumlah
wirausahanya sebanyak 5% dan Singapura sebanyak 7%. Indonesia membutuhkan lebih
banyak wirausaha. Menurut Ciputra Indonesia memiliki sekitar 10% wirausahawan
potensial namun karena tidak pernah dididik, dilatih dan diberi kesempatan
mereka tidak berhasil menjadi wirausahawan.
Pada lingkup pendidikan kewirausahaan di sekolah yang
paling penting adalah pemberian motivasi dengan kehidupan nyata melalui
pemberian pengalaman langsung menjadi seorang wirausaha. Dari sini diharapkan
timbul perilaku antusias yang besar dalam diri tiap peserta didik untuk
mengikuti pendidikan kewirausahaan yang mereka tidak pernah kenal sebelumnya
dan seakan-akan menjadi seorang pengusaha itu merupakan sesuatu yang sulit.
Kewirauasaan di sekolah bertujuan agar siswa mampu membuka usaha mandiri yang
lebih kreatif dan inovatif. Agar proses pembelajaran di sekolah terutama di SMK
tempat saya mengajar mampu melahirkan lulusan yang memiliki perilaku wirausaha,
maka perlu dikembangkan Bisnis Centre sebagai media pembelajaran bagi siswa
dalam berwirausaha, latihan – latihan ketrampilan lain yang berbasis pada
produksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Globalisasi adalah
suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
di seluruh dunia. Dunia globalisasi telah melahirkan persaingan tanpa batas
antar negara di dunia. Hal ini membuat kesenjangan akan semakin tercipta
tatkala suatu negara tidak bisa menyikapi globalisasi secara bijaksana.
SMK hadir di tengah
globalisasi sebagai wujud persaingan negara Indonesia di bidang SDM. Dengan SDM
yang cakap pada bidangnnya di harapkan Indonesia mampu menempatkan dirinya
menjadi salah satu negara yang di perhitungkan dunia. Meskipun banyak menuai
dampak baik itu positif ataupun negativ akibat globalisasi, pendidikan SMK
harus terus di kembangkan agar mampu dan sesuai dengan tantangan global. Dengan
berbagai macam strategi di harapkan SMK mampu berbicara banyak pada kancah
internasional.
B. SARAN
Penulis
memberikan saran untuk :
1.
Pemerintah
Agar
para pemangku jabatan bisa lebih mengembangkan pendidikan SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) supaya SDM yang di hasilkan mampu bersaing di kancah internasional.
2.
Masyarakat
Agar
para oranng tua lebih memperhatikan kepentingan anknya dalam hal pendidikan
secara maksiml sebagai penerus estafet pemerintahan.
3.
Pembaca
Agar
senatiasa berkontribusi penuh dalam membantu pemerintah dalam hal pengembangan
SDM siswa SMK sesuai bidangnya masing – masing.
C. DAFTAR PUSTAKA
Asri B. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Munir. 2010. Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota IKPI.
Surya, M. 2002. Dasar-dasar
Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas Terbuka. Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Rajawali Pers.
Januar,
I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online), www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151,
diakses 18
Oktober 2011.
Wardoyo,
C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i) diakses 18 oktobe
r
2011.