KELOMPOK
4
MANAJEMEN
LINTAS BUDAYA
“TIMUR
TENGAH”
Dosen
Pengampu :
Nury
Ariani Wulansari, SE., M.Sc
Disusun
oleh :
1. Hesty Ayu Anggraeni 7311412031
2. Sri Wati 7311412045
3. Yulia Fiftiyanti 7311412062
4. Tursiyah 7311412069
5. Juliati 7311412179
6. Dwi Wahyuningsih 7311412091
7. Ita Sulistyorini 7311412119
8. Muhlis 73114121
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Wilayah Timur Tengah secara geografis merupakan kawasan yang
cukup strategis dimana wilayah ini diapit oleh tiga benua yakni benua Asia,
Eropa dan Afrika. Negara-negara yang termasuk ke dalam wilayah Timur Tengah
antara lain Arab Saudi, Iran, Yaman, Irak, Oman, Suriah, Yordania, UEA (Uni Emirat
Arab), Kuwait, Lebanon, Qatar, Palestina, Bahrain dan Afghanistan. Kawasan ini
juga dilalui oleh perairan yang berbatasan langsung dengan Laut Mediterania,
Laut Hitam, dan Selat Bosporus. Sedangkan untuk di beberapa daerah yang
terletak diantara Sungai Nil dan Semenanjung Sinai terdapat jalur perdagangan
yang dapat dilalui melalui Laut Mediterania dan Laut Merah (Goldschimdt &
Lawrence, 2006: 8).
Sejak pertengahan abad ke-20 Timur Tengah telah menjadi
pusat terjadinya peristiwa-peristiwa dunia, dan menjadi wilayah yang sangat
sensitif, baik dari segi kestrategisan lokasi, politik, ekonomi, kebudayaan dan
keagamaan. Timur Tengah merupakan tempat kelahiran dan pusat spiritual agama
Islam, Nasrani dan Yahudi. Namun, sebagian besar penduduk yang mendiami kawasan
Timur Tengah merupakan penduduk beragama Muslim dan berbahasa Arab, sebagian
besar lainnya juga ada yang berbahasa Turki atau Persia (Goldschimdt &
Lawrence, 2006: 10). Akan tetapi, keragaman budaya yang ditonjolkan di kawasan
Timur Tengah antara satu negara dengan negara lainnya juga memiliki perbedaan.
Meskipun memiliki bahasa yang sama, namun ciri fisik tubuh, sistem kepercayaan
adat, dan gaya hidup penduduk disana berbeda. Seperti halnya Turki yang lebih
didominasi oleh budaya Eropa karena pengaruh baratnya yang dominan. Sementara
negara seperti Arab Saudi masih sangat kental dengan budaya Islamnya yang
menjunjung tinggi hukum-hukum yang berasal dari kitab mereka.
Negara di wilayah Timur Tengah memiliki system mata
pencaharian yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi geografis dan sosial
wilayah mereka. Seperti mata pencaharian bangsa Arab yang kebanyakan diarahkan
pada sektor perdagangan dan peternakan. Walaupun ada pula pertanian, namun ini
bukan menjadi sektor utamanya dikarenakan tanah di Arab didominasi oleh gurun
pasir dan berkategori tandus. Kondisi masyarakat bangsa Arab sendiri terbagi
dua yakni ada sebagian penduduk yang tinggal di desa dan sebagiannya lagi
menetap di kota. Penduduk desa biasanya disebut suku Badui yang artinya
penduduk yang tinggal di pedalaman. Golongan penduduk inilah memiliki jumlah
yang besar. Mata pencaharian mereka pada umumnya ialah berternak.
Sedangkan untuk penduduk yang tinggal di kota, mata pencaharian utama mereka
adalah sebagai pedagang di pasar-pasar dan ada juga dari mereka yang berdagang
ke luar negeri dengan kendaraan tradisional mereka yaitu hewan ternak seperti
unta atau kuda. Negara yang menjadi tujuan mereka adalah negeri Syam, Mesir,
dan Persia. Mereka berdagang di luar negeri dengan tujuan sambil berdakwah
mengajarkan agama Islam. Kedua golongan ini, memiliki pekerjaan dan pendapatan
yang hampir sama karena seringnya terjadi persaingan. Kehidupan seperti ini di
negeri Arab sudah berlangsung cukup lama. Akan tetapi saat ini bangsa arab
telah tesebar hampir di seluruh dunia bahkan di Indonesia karena kegiatan
perekonomian mereka dahulu adalah berdagang keliling dunia.
Dengan demikian, melihat dari kehidupan bangsa Arab yang
menjadi suku mayoritas penduduk di Timur Tengah dapat disimpulkan bahwa
perkembangan bangsa Arab itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh dimana
kebiasaan mereka dengan tinggal secara nomaden dengan tujuan berdagang. Pada
saat itu pula, mereka mencoba untuk menyebarkan dan mengajarkan agama kepada
penduduk dimana mereka menetap pada saat itu. Kebiasaan ini dipengaruhi pula
dari sejarah kisah para Nabi dimana Tanah Arab merupakan sejarah dari
perkembangan agama-agama di dunia khususnya Islam yang sering melakukan hijrah
atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan tujuan mengajarkan
agama selain daripada untuk berdagang. Sumber daya alam yang dimiliki oleh
negara-negara kawasan Timur Tengah pula khususnya minyak bumi juga tidak
terlepas dari konflik perebutan negara-negara besar yang ingin memiliki
kekayaan alam tersebut. Akan tetapi, sebagai kawasan yang dinilai cukup
strategis dan seringkali terjadi konflik, masyarakat Timur Tengah tetap
terintegrasi sebagai suatu masyarakat yang menghargai leluhurnya karena di
setiap negara di kawasan ini memiliki sejarah peradaban dunia tertua di dunia.
Di
kawasan ini, keluarga sangat dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Mereka sangat
sensitif dan akan menolak sebuah kesepakatan bisnis yang menguntungkan hanya
karena tidak menyukai seseorang terutama jika orang tersebut reputasinya rendah
karena mempengaruhi nama baik keluarga.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa praktek manajemen SDM yang buruk (misalnya:
rekruitmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja) di
wilayah Iran (Bidmeshigipour,2009; Namazie & Frame, 2007; Yeganeh & Su,
2008). Hal tersebut terjadi akibat nepotisme yang meluas karena kurangnya
kepercayaan mereka terhadap orang lain. Proses penilaian kinerja yang ada
bersifat subyektif dan tidak adil (Namazie dan Frame, 2007).
Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan ini
dalam bentuk paper dengan judul “Manajemen
Lintas Budaya Timur Tengah”.
1.2 Rumusan Masalah
Kajian terhadap kawasan Timur
Tengah telah lama menjadi perhatian pakar sejarah, ekonomi, ataupun
politik. Kawasan ini menjanjikan nilai strategis di sisi geografis, geopolitis,
maupun dari sisi ekonomi. Mengkaji Timur Tengah dari kondisi geografi, sosial,
ekonomi, dan dimensi budayanya akan membuat kita semakin mengenali
karakteristik Timur Tengah sebagai kekuatan baru dunia.
Berdasarkan
latar belakang, masalah yang dihadapi adalah fenomena banyaknya perbedaan yang
Nampak pada Negara-negara di wilayah Timur Tengah. Hal ini seperti pada Negara
Arab, dimana disana banyak ditemui wanita yang berpendidikan tinggi, namun
banyak dari mereka yang tidak bisa menggunakan kemampuan mereka karena masih
rendahnya peran wanita disana. Hal tersebut banyak dijumpai di wilayah Timur
Tengah dengan tingkat maskulinitas yang tinggi. Selain itu, wilayah Timur
Tengah juga dikenal dengan budaya kekeluargaan/klan yang tinggi. Sebagian besar
jabatan penting pada bisnis akan diamanahkan pada keluarga mereka (nepotisme),
dan jarang mereka yang mempercayai orang dari luar mereka. Namun, dilain sisi,
sebagian besar wilayah di Timut tengah juga dikenal dengan tingkat kolektivisme
yang tinggi, dimana mereka akan melakukan apa saja demi kelompok mereka.
Berdasarkan
pada beberapa permasalahan yang telah diuraikan yang berasal dari fenomena
bisnis yang ada, maka dapat dirmuskan masalah; apa saja budaya yang ada di
wilayah Timur Tengah; bagaimana pengelompokkan budaya di wilayah Timur Tengah;
serta bagaimana dimensi bisnis yang ada pada wilayah Timur Tengah?
1.3 Tujuan Pengangkatan Tema
Tujuan
utama dari pengambilan tema ini adalah untuk mengenal secara mendalam berbagai
Negara di wilayah Timut Tengah. Tujuan lain dari paper ini adalah:
1.
Mengidentifikasi
budaya di Timur Tengah
2.
Mengidentifikasi
dimensi budaya bisnis di Timur Tengah
3.
Menganalisis
salah satu studi kasus mengenai budaya yang ada di Timur Tengah
II.
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Budaya Di Timur Tengah
a.
Pengelompokkan
etnis di Timur Tengah
Timur
Tengah tidak hanya berupa suatu kawasan yang luas yang membentang di tiga
benua, tetapi juga terdiri dari beragam etnis yang mendiami aneka ragam
wilayah. Masing-masing kelompok masyarakat Timur Tengah tersebut memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan etnis lainnya di kawasan ini, meskipun
terdapat juga beberapa persamaannya.
1. Arab dan Yahudi
Orang-orang
Arab dan orang-orang Yahudi Timur Tengah secara historis masih memiliki
hubungan kekerabatan karena keduanya berasal dari satu ras, yaitu ras Kaukasia
atau Asia Barat yang juga lebih dikenal sebagai ‘Semit’ atau ‘Semitik’.Meskipun
sama-sama berhidung mancung, orang-orang Arab dan Yahudi memiliki bentuk hidung
mancung yang khas jika dibandingkan dengan etnis lainnya yang ada di kawasan
Timur Tengah. Akan tetapi, beberapa hal yang membedakan antara orang-orang Arab
dan Yahudi sebagai sesama ras Semit adalah faktor agama yang dianut, dimana
orang-orang Arab mayoritas penganut agama Islam sedangkan orang-orang Yahudi
adalah para penganut agama Yahudi. Hal lainnya adalah aspek bahasa, dimana
orang-orang Arab menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa kesehariannya,
sedangkan orang-orang Yahudi menggunakan bahasa Ibrani. Selanjutnya, faktor
tempat tinggal dimana orang-orang Arab menetap di suatu kawasan yang terasing
di tengah padang pasir sedangkan orang-orang Yahudi menjadi nomaden (berpindah-pindah)
dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Adapun kelebihan sekaligus juga
kelemahan orang-orang Arab karena fanatisme kesukuan yang sangat tinggi, bahkan
terkadang lebih dari segalanya. Hal ini sering menyulut perselisihan dan
peperangan, baik sesama Arab maupun non-Arab. Setelah Islam datang, fanatisme
kesukuan berganti dengan fanatisme terhadap Islam yang sangat tinggi sehingga
di tangan orang-orang Arab Islam menjadi agama yang menguasai dunia. Sedangkan
kelebihan Yahudi adalah orang-orang yang dikenal memiliki kecerdasan dan
keahlian sebagaimana dicatat dalam sejarah beragam. Pakar dan ahli berbagai
ilmu pengetahuan yang merupakan orang-orang Yahudi. Adapun kelemahan Yahudi
adalah kebanggaan yang berlebihan akan keyahudian mereka sehingga menganggap
bangsa lain lebih rendah karena merasa merekalah bangsa yang paling mulia dan
terhormat di muka bumi ini.
Orang-orang Arab sebagian
besar tinggal di kawasan Asia Barat (Arab Saudi dan negara-negara Teluk, Yaman,
Palestina, Syiria, Irak, Libanon dan Yordania), Afrika Utara (Marokko, Tunisia,
Libya dan Aljazair), Afrika Barat (Mesir dan Sudan) dan di beberapa negara lain
di seluruh dunia. Sedangkan orang-orang Yahudi saat ini terkonsentrasi di
Israel dan dalam jumlah tertentu berada di Eropa dan Amerika.
2. Persia
Bangsa Persia yang saat ini
lebih dikenal dengan yang mayoritas penduduknya bertempat tinggal nomaden,
sehingga membentuk pribadi yang keras. Namun setelah mereka menetap di suatu
kawasan dengan menjadi petani dan pengembala, membuat mereka menjadi pribadi
yang berhati ikhlas, pemurah dan suka menjamu tamu. Dan salah satu ciri
terpenting yang dikenal dunia dari orang-orang Persia adalah kecintaan mereka
terhadap ilmu pengetahuan. Salah satunya terlihat pada peran besar mereka
terhadap perkembangan ilmu pengatahuan di masa Abbasiyah dengan melahirkan
beragam penemuan dan ilmuan, semisal ar-Razi dan al-Biruni.
Bahasa yang mereka gunakan
adalah bahasa Persia dan menjadi bahasa resmi negara Iran saat ini. Sedangkan
agama yang mereka anut saat ini adalah Islam, khususnya sekte Syiah dan
sebagian kecil penganut Islam Sunni. Namun demikian, agama asal dari bangsa
Persia adalah Zoroater yang terdiri dari dua macam sekte, yaitu Mani dan Mazdak
yang sangat dikenal karena penyembahan mereka kepada api yang merupakan dewa
tertinggi yang menerangi dunia. Di samping beragam kelebihan yang menjadi ciri
bangsa Persia di atas, terdapat pula ciri lainnya yang menjadi kelemahan
mereka. Seperti umumnya masyarakat Timur Tengah, orang-orang Persia juga memiliki
fanatisme yang tinggi atas kebangsaan mereka. Bagi mereka, bangsa Persia
mengungguli bangsa-bangsa lainnya, khususnya bangsa Arab dan Yahudi, karena
mereka memiliki bahasa yang tertua di dunia serta peradaban yang tinggi dan
besar yang pernah menguasai dunia. Karakter lainnya yang dianggap menjadi
kelemahan adalah sifat introvert atau tertutup yang mereka miliki dan menutup
mata terhadap kenyataan bahwa bangsa lain pun adalah bangsa yang maju dan
unggul.
3. Turki
Orang-orang Turki
sesungguhnya berasal dari Mongolia yang bercampur baur dengan beragam etnis Persia yang ada di Asia Tengah. Sebelum
pindah ke wilayah Turki sekarang, orang-orang Turki mendirikan kerajaan di
wilayah Asia Tengah saat ini. Perlahan-lahan namun pasti, kekuasaan kerajaan
ini semakin luas mencakup sebagian besar wilayah Islam saat itu. Bahkan yang
sangat fenomenal dari imperium yang kemudian dikenal sebagai Turki Usmani ini
adalah kesuksesan mereka merebut Konstantinopel dari Romawi dan memindahkan
kerajaan mereka ke wilayah Turki saat ini.
Salah satu ciri khas
orang-orang Turki, di samping ciri-ciri umumnya orang-orang Timur Tengah
sebagaimana di atas, adalah mereka sejak dahulu dikenal sebagai ahli perang
yang ulung dan tentara yang gagah berani di medan tempur. Tidak mengherankan
jika sebelum mereka membentuk kerajaan sendiri dibawah pimpinan Usman,
orang-orang Turki sudah menjadi pilar utama angkatan bersenjata Kekhalifahan
‘Abbasiyah. Hal ini terus berlanjut di masa Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan
setelahnya, terutama dengan gelar ‘Pasya’ yang berarti bangsawan Turki yang
melekat pada setiap pimpinan angkatan perang saat itu.
Keunggulan lain Turki
adalah memiliki budaya yang merupakan perpaduan antara budaya Timur yang
menjadi tempat asalnya serta sebagian besar pernah menjadi wilayah kekuasaan
mereka seperti Arab dan Berber dan budaya Barat, terutama Yunani dan Romawi,
yang menjadi pusat kekuasaannya. Hal ini membuat orang-orang Turki dikenal
sebagai pribadi yang terbuka dan mau mengenal berbagai budaya dan tradisi
lainnya. Namun demikian, Turki juga memiliki kelemahan sebagaimana layaknya
masyarakat Timur Tengah lainnya. Sebagai ‘mantan’ penguasa dunia melalui
Imperium Turki Usmani, orang-orang Turki tetap memiliki fanatisme kebangsaan
yang tinggi sehingga cenderung ‘merendahkan’ bangsa lainnya.
Mayoritas orang Turki
adalah penganut agama Islam, khususnya sunni, dan menggunakan bahasa Turki
dalam kesehariannya. Namun demikian,
orang-orang Turki juga menganut agama-agama lainnya yang hidup secara tenang
dan damai, seperti Kristen dan Yahudi. Saat ini orang-orang Turki memang
terkonsentrasi di negara Turki, meskipun demikian beberapa komunitas Turki
dapat ditemukan di beberapa negara Eropa, khususnya di Jerman yang memang
menjadi sekutu utamanya di Perang Dunia Pertama, dan negara-negara Balkan
(seperti Bosnia) yang pernah menjadi wilayah kekuasaannya.
4. Berber
Orang
Berber adalah etnis asli dari daerah Afrika Utara atau arah timur Lembah Nil sebelum kedatangan dan
penaklukan Arab atas wilayah ini. Bangsa Berber tersebar dari Samudra Atlantik
hingga oasis Siwa, di Mesir dan dari Laut Mediterania hingga Sungai Niger.
Dalam kesehariannya, orang Berber menggunakan berbagai bahasa Berber yang
merupakan cabang dari bahasa Afro-Asia. Berdasarkan data terkini, terdapat
sekitar 14-25 juta orang Berber di Afrika Utara, dan yang terpadat adalah di
Maroko dan semakin ke timur semakin jarang dijumpai.
Sebagaimana
umumnya orang-orang yang berasal dari Afrika, orang-orang Berber dikenal
memiliki fisik yang sangat kuat dan tangguh sehingga seringkali menjadi
langganan tentara dan pengawal di masa kerajaan dahulu. Seperti umumnya
masyarakat Timur Tengah, orang Berber juga memiliki fanatisme kesukuan yang
tinggi dan memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap orang-orang yang
mereka anggap layak dipercayai. Namun demikian, karena mereka banyak hidup di
tempat yang keras maka mereka dikenal sebagai yang tertutup dan cukup sulit
menerima pengaruh dari luar. Saat ini, sebagian besar orang Berber adalah
penganut Islam (khususnya sunni) yang mereka dapatkan dari para penakluk Arab
(Islam) yang menguasai Afrika Utara. Namun demikian, sebelum kedatangan Islam
orang Berber adalah penganut animisme yang mempercayai beragam kekuatan alam.
Di samping Islam, orang Berber juga penganut beragam agama lainnya, seperti
Kristen dan Yahudi. Bahasa yang mereka pakai adalah bahasa Berber, namun
setelah kedatangan Islam bahasa ini cukup sulit dijumpai karena banyak diantara
mereka yang beralih menggunakan bahasa Arab. Orang Berber terkonsentrasi di
Afrika Utara, seperti Tunisia, Marokko, Aljazair dan Libya. Namun demikian, di
beberapa negara Asia Barat seperti Lebanon dan Syiria serta Eropa, terutama
Prancis, orang-orang Berber juga dapat ditemukan.
5. Kurdi
Kurdi adalah suatu etnis
yang ada di Timur Tengah yang merupakan keturunan etnik Indo-Arya yang berasal
dari rumpun Persia. Meskipun masih berhubungan secara geneologis dengan Persia,
tetapi orang-orang Kurdi menggunakan bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Kurdi.
Suku Kurdi hingga saat ini merupakan satu-satunya
suku bangsa besar dunia yang tidak
memiliki negara, padahal jumlahnya mencapai 30 juta jiwa. Suku rumpun Persia ini
mendiami tiga negara di Timur Tengah, yaitu Turki, Irak dan Syiria.
Salah satu karakteristik
yang ada pada Suku Kurdi adalah tinggal di pegunungan dan hidup secara
semi-nomadik dalam organisasi sosialnya dengan berprofesi sebagai petani.
Meskipun demikian, sebagian kecilnya telah menetap di berbagai kota di Turki,
Syiria dan Irak dengan berprofesi sebagai pedagang, guru dan politikus seperti
Jalal Talabani yang menjadi Perdana Mentri Irak. Seperti halnya orang Persia,
orang Kurdi dikenal tertutup dan sangat
sulit untuk menerima pengaruh dari luar dan memiliki fanatisme kesukuan yang
sangat tinggi. Sebagian besar orang Kurdi adalah beragama Islam, khususnya
sunni. Saat ini mereka tinggal di wilayah yang termasuk kekuasaan Turki, Syiria
dan Irak dan sebagian besarnya menghendaki kemerdekaan dari ketiga tersebut
dengan mendirikan negara Kurdistan.
b.
Pengelompokkan
Heterogenitas Budaya Di Timur Tengah
Drysdale membagi
heterogenitas budaya di negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara kedalam 4
kategori besar (Drysdale, 1985: 152). Pengelompokkan tersebu yakni sebagai
berikut :
a. Negara-negara
yang menggunakan bahasa berbeda namun kohesif secara agamis di Timur Tengah
adalah Maroko, Aljazair, dan Iran. Di Maroko dan Aljazair yang merupakan bekas
koloni Perancis, sebagian dari masyarakatnya menggunakan bahasa Perancis,
walaupan bahasa Arab merupakan bahasa resmi Negara. Sementara di Iran, bahasa
Persia merupakan bahasa utama yang dipergunakan oleh mayoritas penduduknya.
Sebagian lainnya menggunakan bahasa kurdi, bahasa Azeris, dan Turki. (Drysdale,
1985: 153)
b. Negara
yang secara agamis berbeda namun sama dalam bahasa. Mesir merupakan salah
satunya dimana Islam dan Kristen Koptik merupakan dua agama yang memiliki
pemeluk terbesar di wilayahnya. Selanjutnya disusul oleh Arab Saudi, dan Yaman
yang memiliki sekte Islam yang heterogen didalam negerinya, yakni Sunni dan
Syi’ah. Lebanon dan Syria juga masuk kedalam kategori ini, dimana di Syria 85%
warga Negaranya merupakan Muslim dan 60-65% diantara merupakan Sunni, dan
sisanya memeluk agama Kristen. (Drysdale, 1985: 157-158)
c. Negara
yang memiliki bahasa dan basis keagamaan yang berbeda. Turki, Iraq, Cyprus, Sudan
dan Israel adalah Negara-negara yang menurut Drysdale masuk kedalam kategori
ini. Iraq contohnya ditinggali oleh mayoritas Arab Muslim yang terbagi kedalam
Syi’ah dan Sunni, serta minoritas Kurdi. Begitu pula dengan Turki yang memiliki
minoritas Kurdi. Turki disamping itu juga memiliki banyak penduduk Yunani
karena sejarah Turki Ottoman dengan Yunani dalam exchanging program.
Bahkan hingga saat ini banyak dari warga Negara Turki yang tinggal di Yunani.
(Drysdale, 1985:160-165)
d. Negara
yang memiliki bahasa, basis keagamaan, dan kondisi penduduk yang berbeda yakni
Palestina, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Banyak rakyat palestina yang
tinggal dan bekerja di Jordania, dimana sebagian besar dari pengungsi ini
mendapatkan pekerjaan yang layak dan bahkan memiliki peranan penting di negeri
Jordan. Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab merupakan Negara-negara maju di
Timur Tengah dimana kebanyakan dari penduduknya merupakan ekspatriat yang
bekerja dan dipekerjakan didalam bisnis dalam negeri Negara-negara tersebut.
(Drysdale, 1985:167-169).
c.
Pengelompokkan
Agama Di Timur Tengah
Agama yang berkembang di
Timur Tengah sangat beragam, yang dikelompokkan menjadi :
a. Islam
Agama yang dominan dikawasan ini sekarang adalah Islam.
Arus besarnya di wakili oleh Sunni dan arus kecilnya diwakili oleh Syiah,
khususnya di Iran dan di Irak (sekitar 50%).
b. Kristen
Agama penting lainnya adalah Kristen (terutama
di Lebanon dan Mesir) yang berasal dari bangsa Israel. Kristen menyembah
Yesus dan Messias. tempat ibadah di Gereja.
c. Yahudi
Agama Yahudi (Judaisme) dalam perkembangan sejarahnya
lebih bercorak etnosentris, hingga hampir-hampir tidak dianut oleh
bangsa lain kecuali bangsa Yahudi. Untuk fenomena ini al-Faruqi memakai
istilah ethnocentric particularism. Watak inilah yang
menjadikan orang Yahudi menjadi eksklusif, mengklaim diri sebagai manusia
pilihan. Monoteisme ajaran Nabi Musa yang asli menjadi terpasung
dalam sangkar etnosentrisme itu. Monoteisme simpul al-Faruqi, “tidaklah
mungkin tanpa misi universal, tanpa mengaitkan diri dengan penganut-penganut
agama lain”.
d. Zoroaster
Agama yang berasal dari
Persia iran Zarathustra (Zoroaster),
tapi pengaruhnya tidak pernah mendunia, sekalipun telah mengilhami F.Nietzsche
untuk menulis karyanya yang berjudul Also Sprach Zarathustra (Thus
Spoke Zarathustra). Zoroasterisme lebih bercorak Persia, sekalipun pengaruhnya pernah juga dirasakan di Oman,
Bahrain, Qatar dan Yaman sebelum kedatangan Islam. Zoroaster
menyembah tuhan nya orang persia. Ajaran
Zoroatrianisme mengakui adanya dua kekuatan, yaitu:
1.
Ahuramazda (Ormuz) disebut dewa kebaikan (Dewa Terang).
2. Ahriman (Angro Mainyu)
disebut dewa kejahatan (Dewa Kegelapan).
punya tempat ibadah di kuil zoroaster.
punya tempat ibadah di kuil zoroaster.
e. Samaria
Agama yang berasal dari
Yudaisme, kota samaria Israel punya tempat ibadah di gunung gerzim.
d.
Gaya Kepemimpinan Di Timur Tengah
Setiap
pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing. Terdapat tiga macam gaya
kepemimpinan khas Timur Tengah, yakni tradisional, birokrasi modern, dan
kharismatik.
a.
Gaya
kepemimpinan tradisional mendasarkan legitimasinya kepada nilai dan tradisi
dimana pemimpin dipilih secara turun-temurun sesuai garis keturunan. Basis
tradisi tidak otomatis menggiring sebuah negara dalam kesejahteraan dan
perubahan fundamental. Tradisi tidak bisa dijadikan alasan untuk meneruskan
pemerintahan yang lemah dan unlegitimated. Raja Farouk, putra Raja Fuad dari
Mesir merupakan salah satu contoh bagaimana kepemimpinan yang turun-temurun
tidak menghasilkan pilar legitimasi yang kuat. Ketika Farouk dinobatkan sebagai
raja menggantikan posisi ayahnya, ia tidak mampu menggiring pemerintahan
menjadi lebih baik, justru kehidupannya semakin hedonis. Kematangan pribadinya
untuk menjadi seorang raja belum benar-benar dipersiapkan sehingga ia gagal
mempertahankan kekuatan politik yang selama ini menjadi pendukungnya (Andersen,
1998: 204-207).
b.
Birokrasi
modern. Model kepemimpinan ini dicirikan dengan adanya janji pemerintah untuk
menyelesaikan masalah-masalah tertentu dan memaksimalkan kinerja jangka pendek
terkait pemerintahan. Rakyat pun turut dilibatkan dalam segi evaluasi kinerja
pemerintah, sehingga kinerja pemimpin bisa dikontrol semaksimal mungkin
(Andersen, 1998: 211). Model kepemimpinan ini tidak selamanya menjanjikan
pemerintahan yang bersih. Pada rezim Husni Mubarak, Mesir sempat mengalami
peningkatan dan mengalami pencapaian gemilang, namun hal ini berubah ketika
mulai muncul korupsi, ketimpangan ekonomi, dan minimnya lapangan kerja.
Disinilah legitimasi Mubarak mulai terkikis dan terdegradasi (Andersen, 1998:
213).
c.
Model
kepemimpinan terakhir adalah kharismatik. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini
memiliki karakter yang kuat dan mampu membuat orang lain menaruh hormat
kepadanya. Ia juga mampu menciptakan pertalian psikologis yang kuat dengan para
pendukungnya. Kepemimpinan kharismatik ini mungkin terlihat sempurna, namun
perlu diingat bahwa keberadaan pemimpin semacam ini tidak abadi karena terpaut
dengan umur dan kematian. Ketika pemimpin kharismatik meninggal dunia, maka
akan sulit mencari pengganti yang memiliki kesamaan gaya kepemimpinan. Ketika
pemimpin kharismatik bersikap diktator, maka legitimasinya bisa terdegradasi.
Muammar Qaddafi merupakan contoh nyata pemimpin kharismatik yang terkikis
legitimasinya akibat memerintah sesuai kepentingan personalnya dibanding
mempertimbangkan suara rakyatnya (Andersen, 1998: 224-225).
2.2 IDENTIFIKASI DIMENSI BUDAYA BISNIS DI TIMUR
TENGAH
A. DIMENSI BUDAYA HOFSTEDE
a.
Negar
Arab
Arab Saudi menempati 868.730 mil persegi (2.250.000 kilometer persegi)
yang berbatasan dengan Teluk Arab
(Persia) di sebelah timur; di sebelah barat oleh Laut Merah; di sebelah selatan
dan tenggara dengan Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, dan Qatar; dan di utara timur
laut dengan Yordania, Irak, dan Kuwait. Bahasa Arab adalah bahasa dari semua
warga negara Arab Saudi dan setengah dari para imigran. Bahasa Inggris adalah
bahasa kedua utama. Mayoritas penduduk bangsa Arab bekerja pada bidang produksi
pangan, seperti peternakan dan perkebunan. Dalam sebuah penelitian mengenai
budaya nasional yang di publikasikan oleh Hofstede, Uni Emirat Arab memperoleh
hasil sebagai berikut:
a)
Jarak Kekuasan
Arab
Saudi skor tinggi pada dimensi ini ( skor 95 ) yang berarti bahwa orang
menerima pesanan hirarkis di mana setiap orang memiliki tempat dan yang tidak
membutuhkan pembenaran lebih lanjut . Hirarki dalam suatu organisasi dipandang
sebagai mencerminkan kesenjangan yang melekat , sentralisasi populer , bawahan
berharap untuk diberitahu apa yang harus dilakukan dan bos yang ideal adalah
otokrat hati. Di Arab juga
mengenal kelas dan kasta (power distance
tinggi). Terdapat sebuah divisi sosial utama antara pekerja tamu/imigran dan
warga setempat. Kelas pekerja sebagian besar terdiri dari imigran sementara,
yang juga menempati posisi kelas menengah dan beberapa posisi di kelas atas.
Dalam hal ini juga terdapat perbedaan dalam gaya hidup meningkat sebagai elit
kaya berinteraksi jarang dengan orang-orang kelas menengah. Selain itu, dalam
keluarga juga dikenal kelompok kerabat atau klan yang melibatkan beberapa rumah
tangga dan sepupu di pihak ayah. Kesejahteraan keluarga adalah perhatian utama.
Hubungan keluarga tidak hanya membawa keamanan, tetapi juga komitmen. Keluarga ini dijalankan dengan cara
yang disiplin oleh ayah yang otoriter. Kepala klan keluarga biasanya yang
tertua yang menjalankan klan dengan cara yang sama otoriter. Sebagian besar
bisnis Arab milik keluarga dan disiplin dikelola oleh pemimpin yang memiliki
kontrol pusat yang kuat dan hirarki yang ketat.
b) Individualism
Arab Saudi , dengan skor 25 dianggap
sebagai masyarakat kolektif. Dimana bangsa Arab sangat fanatic terhadap
kelompok/suku mereka, sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk suku/kelompok
mereka.
c) Maskulinitas
Arab Saudi skor 60 pada dimensi ini dan dengan demikian masyarakat maskulin. Hasil menunjukkan bahwa sementara perempuan di Dunia Arab terbatas dalam hak-hak mereka, mungkin karena lebih agama Islam daripada paradigma budaya. Arab merupakan Negara dengan tingkat maskulinitas yang tinggi. Pria memiliki lebih banyak hak daripada wanita . Wanita tidak diizinkan untuk mengemudi ; tidak bisa bepergian ke luar negeri tanpa izin atau kehadiran wali laki-laki ( mahram ) ; tergantung pada ayah , saudara laki-laki , atau suami untuk melakukan hampir semua bisnis swasta dan publik ; dan harus memakai kerudung dan tetap keluar dari pandangan publik . Namun, perempuan dapat memiliki properti atas nama mereka sendiri dan menginvestasikan uang mereka sendiri dalam transaksi bisnis . Status perempuan tinggi dalam keluarga , terutama dalam peran ibu dan saudara perempuan . Sejumlah besar perempuan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi di akademisi , produksi sastra , bisnis , dan bidang lainnya, namun prestasi mereka dilarang diperlihatkan ke public.
d) Penghindaran Ketidakpastian
Arab Saudi skor 80 pada dimensi ini yang berarti mereka memiliki preferensi untuk menghindari ketidakpastian. Hal ini dikarenakan karena masih sangat dipengaruhi oleh keyakinan, norma dan kebiasaan yang telah berlangsung turun temurun
e) Orientasi Masa Depan
Sifat normatif masyarakat Arab Saudi dapat dilihat pada nilai rendah dari 36 dimensi ini. Orang-orang di masyarakat seperti memiliki kepedulian yang kuat dengan membangun Kebenaran mutlak ; mereka normatif dalam pemikiran mereka . Mereka menunjukkan menghormati tradisi , kecenderungan yang relatif kecil untuk menabung untuk masa depan , dan fokus pada pencapaian hasil yang cepat, sebagai contoh pengaruh budaya luar sangat ditimbang atau bahkan diabaikan.
b.
Negara Uni Emirat
Arab
a) Jarak kekuasaan
Uni Emirat Arab
skor tinggi pada dimensi ini (skor 90) yang berarti bahwa orang menerima
pesanan hirarkis di mana setiap orang memiliki tempat dan yang tidak
membutuhkan pembenaran lebih lanjut. Hirarki dalam suatu organisasi dipandang
sebagai mencerminkan kesenjangan yang melekat, sentralisasi populer, bawahan
berharap untuk diberitahu apa yang harus dilakukan dan bos yang ideal adalah otokrat
hati.
b) Individualisme
Uni Emirat Arab, dengan skor 25 dianggap sebagai masyarakat kolektif. Hal ini terwujud dalam komitmen jangka panjang dekat dengan anggota 'kelompok', bahwa sebuah keluarga, keluarga besar, atau hubungan diperpanjang. Loyalitas dalam budaya kolektivis adalah yang terpenting. Masyarakat mendorong hubungan yang kuat di mana setiap orang bertanggung jawab untuk sesama anggota kelompok mereka. Dalam masyarakat kolektivis pelanggaran menyebabkan rasa malu dan kehilangan muka, hubungan majikan / karyawan yang dirasakan dalam hal moral (seperti link keluarga), perekrutan dan keputusan promosi mempertimbangkan karyawan dalam kelompok, manajemen pengelolaan kelompok.
c) Maskulinitas
Arab Emirates skor 50 pada dimensi ini dan dapat dianggap tidak maskulin atau feminin. (Sedang) (Dalam Konstitusi Uni Emirat Arab 1971 dikatakan bahwa perempuan memiliki status hukum yang sama dengan laki-laki antara lain dalam kesempatan pendidikan, profesi yang mereka pilih, dan dalam hal hak waris sesuai hukum Islam yang menjadi acuan bagi Konstitusi
d) Penghindaran ketidakpastian
Arab Emirates skor 80 pada dimensi ini
dan tentunya memiliki preferensi tinggi untuk menghindari ketidakpastian.
Negara menunjukkan penghindaran ketidakpastian yang tinggi menjaga kode kaku
keyakinan dan perilaku dan tidak toleran terhadap perilaku yang tidak lazim dan
ide-ide. Dalam budaya ini ada kebutuhan emosional bagi aturan (bahkan jika
aturan tidak pernah bekerja) waktu adalah uang, orang memiliki dorongan untuk
menjadi sibuk dan bekerja keras, presisi dan ketepatan waktu adalah norma,
inovasi dapat dilawan, keamanan unsur penting dalam motivasi individu.
Sementara itu, dalam upaya untuk meminimalkan atau mengurangi tingkat
ketidakpastian, di buatlan aturan dan undang-undang yang ketat,
e) Orientasi Jangka Panjang
Saat ini tidak ada nilai yang tersedia untuk Uni Emirat Arab pada dimensi ini.
f) Kesenangan/kegemaran
Saat ini tidak ada nilai yang tersedia untuk Uni Emirat Arab pada dimensi ini.
c. Negara Irak
Sumber:
http://geert-hofstede.com/iraq.html
a) individualisme
Irak mempunyai skor 30 dianggap sebagai masyarakat kolektif. Masyarakat mendorong hubungan yang kuat di mana setiap orang bertanggung jawab untuk sesama anggota kelompok mereka. Dalam masyarakat kolektivis pelanggaran menyebabkan rasa malu dan kehilangan muka, hubungan manager / karyawan yang dirasakan dalam hal moral (seperti link keluarga), perekrutan dan keputusan promosi mempertimbangkan karyawan dalam kelompok, manajemen pengelolaan kelompok.
b) Maskulinitas
Irak skor 70 pada dimensi ini dan dengan demikian masyarakat maskulin. Di negara-negara maskulin orang "hidup untuk bekerja", manajer diharapkan menjadi penentu dan tegas, penekanannya pada ekuitas, kompetisi dan kinerja dan konflik diselesaikan dengan memerangi mereka.
c) Penghindaran ketidakpastian
Pada dimensi ini skor Irak 85 dan tentunya memiliki preferensi tinggi untuk menghindari ketidakpastian. Negara menunjukkan penghindaran ketidakpastian yang tinggi menjaga kode keyakinan yang kaku dan tidak toleran terhadap perilaku yang tidak lazim. Dalam budaya ini ada kebutuhan emosional bagi aturan (bahkan jika aturan tidak pernah bekerja) waktu adalah uang, orang memiliki dorongan untuk menjadi sibuk dan bekerja keras, presisi dan ketepatan waktu adalah norma, inovasi dapat dilawan, keamanan unsur penting dalam motivasi individu.
d) Orientasi Jangka Panjang
Skor rendah Irak dari 25 mengungkapkan bahwa ia memiliki budaya normatif. Orang-orang di masyarakat seperti memiliki kepedulian yang kuat dengan membangun kebenaran mutlak; mereka normatif dalam pemikiran mereka. Mereka menghormati tradisi, kecenderungan yang relatif kecil untuk menabung untuk masa depan, dan fokus pada pencapaian hasil yang cepat.
e) Kesenangan/kegemaran
Dimensi ini didefinisikan sebagai sejauh mana orang mencoba untuk mengendalikan keinginan mereka dan impuls , berdasarkan cara mereka dibesarkan. Relatif lemahnya kontrol disebut " indulgence " dan kontrol yang relatif kuat disebut " menahan diri " . Rata sangat rendah dari 17 di dimensi ini berarti bahwa masyarakat Irak merupakan salah satu mereka yang menahan diri . Masyarakat dengan skor rendah dalam dimensi ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme . Juga , berbeda dengan masyarakat memanjakan , menahan masyarakat tidak menempatkan banyak penekanan pada waktu luang dan mengontrol pemuasan keinginan mereka . Orang dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi oleh norma-norma sosial dan merasa bahwa memanjakan diri agak salah.
d.
Negara
Iran
a) Power distance/jarak kekuasaan
Iran menerima skor menengah 58 pada dimensi ini sehingga masyarakat hirarkis . Ini berarti bahwa orang menerima pesanan hirarkis di mana setiap orang memiliki tempat dan yang tidak membutuhkan pembenaran lebih lanjut . Hirarki dalam suatu organisasi dipandang sebagai mencerminkan kesenjangan yang melekat , sentralisasi populer , bawahan berharap untuk diberitahu apa yang harus dilakukan dan bos yang ideal adalah otokrat hati .
b) Individualisme.
Iran, dengan skor 41 dianggap sebagai masyarakat kolektif. Loyalitas dalam budaya kolektivis adalah yang terpenting, Masyarakat mendorong hubungan yang kuat di mana setiap orang bertanggung jawab untuk sesama anggota kelompok mereka. Dalam masyarakat kolektivis pelanggaran menyebabkan rasa malu dan kehilangan muka, hubungan majikan / karyawan yang dirasakan dalam hal moral (seperti link keluarga), perekrutan dan keputusan promosi mempertimbangkan karyawan dalam kelompok, manajemen pengelolaan kelompok.
c) Maskulinitas
Iran skor 43 pada dimensi ini dan dengan demikian dianggap sebagai masyarakat yang relatif feminin. Di negara-negara feminin fokusnya adalah pada "bekerja untuk hidup", manajer berusaha untuk konsensus, nilai orang kesetaraan, solidaritas dan kualitas dalam kehidupan kerja mereka. Konflik diselesaikan dengan kompromi dan negosiasi. Insentif seperti waktu luang dan fleksibilitas yang disukai. Fokus pada kesejahteraan, status tidak ditampilkan. Hal ini terlihat pada Wanita yang selalu memiliki peran yang kuat dalam kehidupan Iran, tapi jarang peran publik. Partisipasi menonjol dalam gerakan politik telah sangat penting. Berani dan sering kejam pragmatis, wanita lebih dari bersedia untuk turun ke jalan untuk tujuan publik yang baik
d) Penghindaran ketidakpastian
Iran skor 59 pada dimensi ini, dan dengan demikian memiliki preferensi tinggi untuk menghindari ketidakpastian. Negara menunjukkan penghindaran ketidakpastian yang tinggi menjaga kode keyakinan kaku dan tidak toleran terhadap perilaku yang tidak lazim dan ide-ide. Dalam budaya ini ada kebutuhan emosional bagi aturan (bahkan jika aturan tidak pernah bekerja), waktu adalah uang, orang memiliki dorongan untuk menjadi sibuk dan bekerja keras, presisi dan ketepatan waktu adalah norma, inovasi dapat menolak dan keamanan merupakan elemen penting dalam motivasi individu.
e) Orientasi Jangka Panjang
Skor yang sangat rendah Iran dari 14 menunjukkan bahwa ia memiliki orientasi budaya sangat normatif. Orang-orang di masyarakat seperti memiliki kepedulian yang kuat dengan membangun Kebenaran mutlak; mereka normatif dalam pemikiran mereka. Mereka menunjukkan menghormati tradisi, kecenderungan yang relatif kecil untuk menabung untuk masa depan, dan fokus pada pencapaian hasil yang cepat
f) Kesenangan/kegemaran
Rata rendah 40 dalam dimensi ini berarti bahwa Iran memiliki budaya menahan diri. Masyarakat dengan skor rendah dalam dimensi ini memiliki kecenderungan untuk sinisme dan pesimisme . Juga , berbeda dengan masyarakat memanjakan , menahan masyarakat tidak menempatkan banyak penekanan pada waktu luang dan mengontrol pemuasan keinginan mereka . Orang dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dibatasi oleh norma-norma sosial dan merasa bahwa memanjakan diri agak salah.
e.
Negara
Israel
Sumber : Sumber: http://geert-hofstede.com/israel.html
CATATAN: Israel mengambil posisi yang unik dalam database negara-negara dengan nilai pada 6 dimensi. Israel adalah satu-satunya negara di dunia di mana ukuran kelompok imigran yang begitu besar sehingga mereka mempengaruhi nilai-nilai yang dominan sejauh bahwa warga Israel yang baru mengubah nilai-nilai yang ada. Skor disebutkan di bawah ini mungkin tidak mencerminkan nilai-nilai seluruh penduduk Israel. Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengekspresikan nilai-nilai semua Israel saat ini.
a) Jarak kekuasaan
Dimensi ini memiliki skor 13 poin yang menunjukkan bahwa power distance di Israel sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Dibuktikan dengan pola pikir egaliter, Israel percaya pada kemandirian, persamaan hak, kemudahan akses, manajemen yang memfasilitasi dan memberdayakan para karyawannya.
b) individualisme
Masyarakat Israel adalah campuran dari individualistik dan kolektif budaya ( 54 ) . Keluarga kecil dengan lebih fokus pada hubungan orang tua - anak daripada bibi dan paman yang umum . banyak anak-anak dan hubungan dekat dengan semua anggota keluarga lainnya yang merupakan bagian dari masyarakat juga. Ada keyakinan kuat dalam ideal aktualisasi diri . Loyalitas didasarkan pada preferensi pribadi untuk orang serta rasa tugas dan tanggung jawab . Komunikasi adalah langsung dan ekspresif
c) Maskulinitas
Dengan skor 47 Israel bukanlah suatu maskulin yang jelas atau masyarakat feminin. Beberapa elemen menunjuk pada fitur yang lebih maskulin. Kinerja sangat dihargai. Manajer diharapkan menjadi penentu dan tegas. Status sering ditampilkan, terutama oleh mobil, jam tangan dan perangkat teknis. sebagai contoh: perempuan di negara Israel hanya memiliki peran untuk mengurus anak dan juga rumah, untuk pekerjaan lebih menekankan pada kelompok pria.
d) Penghindaran ketidakpastian
Israel adalah salah satu ketidakpastian
kuat negara avoidant (81). Dalam budaya ini ada kebutuhan emosional bagi aturan
(bahkan jika aturan tidak pernah bekerja), waktu adalah uang, orang memiliki
dorongan untuk menjadi sibuk dan bekerja keras, presisi dan ketepatan waktu
adalah norma, keamanan merupakan elemen penting dalam motivasi individu. Budaya
dengan skor tinggi pada dimensi ini sering sangat ekspresif. Israel secara
jelas menunjukkan saat berbicara dengan tangan mereka, isyarat dan agresivitas
vocal, sebagai
contoh: Israel telah mempersiapkan senjata-senjata perang yang luar biasa dan
para tentara untuk menghadapi serangan dari Palestina.
e) Orientasi Jangka Panjang
Skor rendah 38 pada dimensi ini menunjukkan bahwa budaya Israel memiliki preferensi untuk berpikir normatif. Orang-orang di masyarakat seperti memiliki kepedulian yang kuat dengan membangun Kebenaran mutlak; mereka normatif dalam pemikiran mereka. Mereka menunjukkan menghormati tradisi, kecenderungan yang relatif kecil untuk menabung untuk masa depan, dan fokus pada pencapaian hasil yang cepat, sebagai contoh: anak-anak Israel atau bangsa yahudi semenjak dalam kandungan telah dipersiapkan untuk menjadi anak yang cerdas, sehingga semasa dalam kandungan sang ibu telah mempersiapkannya.
B.
DIMENSI BISNIS TROMPENAAR
a.
Negara
Arab
a)
Partikularisme
Negara Arab memiliki tingkat partikularisme yang tinggi. Hal ini sesusai
dengan kondisi masyarakat Arab yang menunjung tinggi hubungan dan etika bisnis
mereka, sebagai contoh mereka sellu mengedepankan kualitas produk dagangan
mereka. Mereka tidak segan-segan untuk memberitahu kepada konsumen tentang
kondisi produk yang dijual.
b)
Netral
Masyarakat di Negara Arab Saudi memiliki tingkat kenetralan yang cukup
tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kenyataan bahwa mereka tertutup dalam
menerima budaya dari luar. Mereka cenderung menggunakan budaya yang sudah
turun-temurun dari nenek moyang mereka.
c)
Ascripsi
Negara Arab dikenal dengan tingkat askripsi yang tinggi. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat dalam menjalankan bisnisnya hanya dilakukan oleh kaum lelaki saja, dikarenakan belum adanya persamaan gender. Selain itu, Menghormati tergantung pada latar belakang keluarga mereka.
d)
Diffuse
Orang-orang Arab tidak bisa memisahkan kehidupan professional dan pribadi (diffuse). Dalam berbisnis,
seringkali orang Arab melakukan bisnis hanya karena hubungan pribadi, ikatan
keluarga, kepercayaan, dan kehormatan dimana mereka lebih memprioritaskan
hal-hal pribadi di atas segalanya. Sehingga, seringkali bisnis dibangun atas
dasar persahabatan dan rasa kepercayaan. Kesadaran
yang cukup bahwa orang Arab memiliki lingkungan sosial dan ekonomi mereka
adalah fitur terlihat dari budaya bisnis mereka. Mereka sangat sensitif
terhadap pedagang dan mungkin menolak kesepakatan bisnis yang menguntungkan
karena mereka tidak menyukai orang-orang yang mereka hadapi, terutama jika
orang-orang ini tidak meningkatkan reputasi pribadi mereka. Hal ini sangat
penting, karena kerusakan salah satu anggota keluarga kerusakan seluruh
keluarga. Hal ini sering berpendapat bahwa ketika keprihatinan keluarga harus
berurusan dengan pemerintah itu lebih sering daripada bukan pertanyaan dari dua
bisnis keluarga yang datang untuk berdamai dengan satu sama lain. Sebab, dalam
pemerintahan, itu adalah anggota keluarga penguasa yang paling mungkin untuk
menampung semua posting utama pemerintah; luar, namun berbakat, yang dimasukkan
ke dalam posisi yang kurang penting.
b. Negara Israel
a)
Achievement
Negara
Israel memiliki tingkat achievement yang tinggi. Seperti power desentralisasi dan manajer yang mengandalkan
pengalaman anggota tim mereka. Menghormati antara Israel adalah sesuatu yang
Anda peroleh dengan membuktikan keahlian Anda. Tempat kerja memiliki suasana
informal dengan komunikasi langsung dan melibatkan dan di dasar nama pertama.
b)
Emotional
Negara
Israel tergolong dengan Negara-negara yang emotional. Hal ini terbukti dengan
sikap mereka yang selalu memusuhi orang muslim, dan mereka menabuh gendering
perang dengan Negara-negara Islam, sebagai contoh Palestina. Bangsa Israel
berupaya untuk menguasai wilayah dan perekonomian miliki Negara Palestina.
C.
DIMENSI
BUDAYA GLOBE
Banyak pengalaman menunjukkan bagaimana
perusahaan-perusahaan multinational mengalami kerugian yang cukup besar
dikarenakan mismanajemen khususnya
karena faktor kesalahan dalam pemahaman budaya. Kerugian terbesar dialami oleh
perusahaan-perusahaan tersebut antara lain dalam proses akuisisi dan aliansi
yang disebabkan oleh perbedaan dalam pemahaman budaya. Memang isu intercultural
management tidak mungkin diquantifikasikan secara finansial, tetapi menjadi
bagian yang penting dalam pengelolaan perusahaan perusahaan multinasional,
khususnya ketika berhubungan dengan international venture, alliance dan
proyek-proyek antar negara. Intercultural manajemen menjadi starting point bagi
para manajer untuk berhubungan satu sama lain dalam satu team yang berasal dari
beragam latar belakang dan budaya. Hal ini hanyalah langkah kecil dan selalu
direkomendasikan bagi para manajer guna menghapi isu-isu khusus yang
berhubungan dengan keragaman budaya. Seorang manajer yang mempunyai pemahaman
yang baik tentang keragaman budaya (intercultural management) akan mampu
mendiagnosa dan memecahkan masalah-masalah yang timbul oleh keragaman budaya.
a.
Negara
Arab
a) Ketegasan
Ketegasan di Negara Arab tergolong tinggi. Seperti yang diketahui, Arab
lebih memilih menerapkan hokum Islam/syariah daripada hokum penjara untuk
mendapatkan keadilan. Mereka juga tidak pandang bulu dalam menerapkan hukuman.
b) Orientasi kemanusiaan
Para bangsa Arab mempunyai orientasi kemanusiaan yang tinggi. Hal ini
ditandai dengan mereka yang selalu berusaha untuk menghargai para tamu mereka.
Kedatangan tamu di rumah seseorang adalah suatu peristiwa yang mengarah ke
makan khusus untuk menghormati pengunjung. Pada zaman dahulu, untuk menghormati
para tamu mereka mengharuskan menyembelih domba, kambing, atau unta untuk
dihidangkan kepada para tamu. Namun, saat ini banyak rumah tangga diperkotaan
menggantikan hidangan daging mereka dengan daging ayam.
b.
Negara Israel
a) Orientasi kemanusiaan
Israel memiliki orientasi
kemanusiaan yang tinggi, dimana Kepentingan
orang lain adalah penting
(memprioritaskan kepentingan bersama).Orang-orang termotivasi
terutama oleh kebutuhan untuk memiliki dan afiliasi, Anggota
masyarakat yang bertanggung jawab
untuk mempromosikan kesejahteraan orang lain, Pekerja anak dibatasi oleh sanksi publik,
Orang-orang didesak untuk peka terhadap segala bentuk diskriminasi
rasial.
b) Orientasi Kinerja
c.
d. Negara
Uni Emirat Arab
e.
a) Orientasi
Kemanusiaan
b) Kolektivisme/communitarian
Arab adalah Negara dengan tingkat
communitarianisme yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari masyarakat
Arab yang didominasi oleh satu kebiasaan dan tradisi. Apabila ada ciri-ciri
daerah lingkungan yang dapat membentuk masyarakat Arab, maka ini tidak
meniadakan ciri kebersamaan yang menempa bangsa Arab dengan satu tempaan dan
menjadikan mereka sebagai satu umat. Manakala orang Arab berpindah dari satu
kota ke kota lainnya, maka dia merasa bahwa dia berada di keluarganya sendiri.
Kebiasaan, tradisi, nilai-nilai yang dominan dan sistem-sistem kemasyarakatan,
seperti sistem pernikahan, nafkah, waris, wasiat, hibah, dan masalah mualamah
ekonomi lainnya memberi ciri tersendiri sebagai pendekatan di seluruh penjuru
tanah air Arab. Demikian pula halnya pada hari-hari raya dan upacara-upacara
kemasyarakatan yang mempersatukan penduduk bangsa Arab. Itu tidak heran, karena
yang menelusuri asal-usul kebanyakan kebiasaan dan tradisi itu tidak mampu
mencapai satu sumber tempat keluarnya.
Di antara
pengaruh buruk yang ditinggalkan oleh masa-masa penjajahan dan penindasan
dan pengaruh yang kita lihat dalam
fenomena-fenomena perilaku mayarakat Arab – adanya sikap negatif, kurang
perhatian terhadap urusan-urusan masyarakat, kurang dikenal, saling
mengandalkan, kurang keinginan unuk mengorbankan tenaga dan harta, dan kurang
mendalami pokok-pokok permasalahan, anara lain spontanitas dan kurang
perencanaan dan banyak lagi yang lainnya.
Iran
c. Maskulinitas
Tinggi,
(perempuan diberi status yang lebih kecil dibandingkan dengan pria, tradisi dan Agama Islam
menekankan betapa pentingnya peran wanita untuk membesarkan anak dan mengurus Iran
d. Jarak kekuasaan
Iran
receives an intermediate score of 58 on this dimension so it is
a hierarchical society. This means that people accept a hierarchical order
in which everybody has a place and which needs no further justification.
Hierarchy in an organisation is seen as reflecting inherent inequalities,
centralisation is popular, subordinates expect to be told what to do and the
ideal boss is a benevolent autocrat.
e. Keberanian berpendapat
Iran's
very low score of 14 indicates that it has a strongly normative cultural
orientation. People in such societies have a strong concern with establishing
the absolute Truth; they are normative in their thinking. They exhibit great
respect for traditions, a relatively small propensity to save for the future,
and a focus on achieving quick results.
f.
Maskulinitas
Sedang, (Wanita selalu memiliki peran yang
kuat dalam kehidupan Iran, tapi jarang peran publik. Partisipasi menonjol dalam
gerakan politik telah sangat penting. Berani dan sering kejam pragmatis, wanita
lebih dari bersedia untuk turun ke jalan untuk tujuan publik yang baik)
Iran
scores 43 on this dimension and is thus considered a relatively feminine
society. In feminine countries the focus is on “working in order to live”,
managers strive for consensus, people value equality, solidarity and quality in
their working lives. Conflicts are resolved by compromise and negotiation.
Incentives such as free time and flexibility are favoured. Focus is on
well-being, status is not shown.
g. Individualism
Iran
scores 59 on this dimension, and thus has a high preference for avoiding
uncertainty. Countries exhibiting high uncertainty avoidance maintain rigid
codes of belief and behaviour and are intolerant of unorthodox behaviour and
ideas. In these cultures there is an emotional need for rules (even if the
rules never seem to work), time is money, people have an inner urge to be busy
and work hard, precision and punctuality are the norm, innovation may be
resisted and security is an important element in individual motivation.
h. Collectivisme
Iran,
with a score of 41 is considered a collectivistic society. This is manifest in
a close long-term commitment to the member 'group', be that a family, extended
family, or extended relationships. Loyalty in a collectivist culture is
paramount, and over-rides most other societal rules and regulations. The society
fosters strong relationships where everyone takes responsibility for fellow
members of their group. In collectivist societies offence leads to shame and
loss of face, employer/employee relationships are perceived in moral terms
(like a family link), hiring and promotion decisions take account of the
employee’s in-group, management is the management of groups.
1.
Uni
Emirat Arab
2.
Qatar
3.
Israel
a. Keberanian berpendapat.
Tinggi,
(masyarakat israel dikenal dengan masyarakat yang angkuh, dan cerdas. Selain
itu rasa individualisme masyarakat israel tinggi. Hal ini mengakibatkan
pastisipasi masyarakat dalam berpendapat cukup tinggi, untuk mempertahankan
argumennya).
b. Orientasi masa depan
A low score of 38 on this
dimension indicates that Israeli culture has a preference for normative
thought. People in such societies have a strong concern with establishing the
absolute Truth; they are normative in their thinking. They exhibit great
respect for traditions, a relatively small propensity to save for the future,
and a focus on achieving quick results.
c.
Perbedaan jenis kelamin
Tinggi, (sebagai contoh: perempuan di negara
Israel hanya memiliki peran untuk mengurus anak dan juga rumah, untuk pekerjaan
lebih menekankan pada kelompok pria) With
a score of 47 Israel is neither a clear masculine nor feminine society. Some
elements point at more masculine features. Performance is highly valued.
Managers are expected to be decisive and assertive. Status is often shown, especially
by cars, watches and technical devices.
d.
Pencegahan ketidakpastian
Tinggi, (sebagai contoh: Israel telah
mempersiapkan sejata-sejata perang yang luar biasa dan para tentara untuk
menghadapi serangan dari Palestina) Israel
is among the stronger uncertainty avoidant countries (81). In these cultures
there is an emotional need for rules (even if the rules never seem to work),
time is money, people have an inner urge to be busy and work hard, precision
and punctuality are the norm, security is an important element in individual
motivation. Cultures with a high score on this dimension are often very
expressive. Something the Israelis clearly show while talking with their hands,
gesticulating and vocal aggressiveness
e.
Jarak kekuasaan
Rendah, With
a score of 13 points Israel is at the very low end of this dimension compared
to other countries. With an egalitarian mindset the Israelis believe in
independency, equal rights, accessible superiors and that management
facilitates and empowers. Power is decentralized and managers count on the
experience of their team members. Respect among the Israelis is something which
you earn by proving your hands-on expertise. Workplaces have an informal
atmosphere with direct and involving communication and on a first name basis.
Employees expect to be consulted
f.
Individualism
Individualisme, The Israeli society is a blend of individualistic and
collectivistic cultures (54). Small families with a focus on the
parent-children relationship rather than aunts and uncles are common. And at
the same time extended families, with many children and close ties to all other
family members are a part of society as well. There is a strong belief in
the ideal of self-actualization. Loyalty is based on personal preferences for
people as well as a sense of duty and responsibility. Communication is direct
and expressive.
g.
Collectivisme
Tinggi
h.
Orientasi kerj
Sedang
Qatar
a. Orientasi masa depan
Tinggi, Untuk tahun-tahun ke
depan, Qatar
diperkirakan akan tetap berfokus pada minyak dan gas bumi, tapi diiringi dengan pengembangan sektor
swasta. Pada tahun 2004, Qatar Science &
Technology Park dibuka untuk menarik dan melayani berbagai usaha berbasis
teknologi, baik dari dalam maupun luar Qatar.
b.
Maskulinitas
Tinggi, (kebudayaan negara katar hampir sama
dengan kebudayaan negara arab. Oleh karena itu wanita memiliki status yang
lebih kecil dari laki-laki. Mereka diberi peran untuk mengurus anak dan rumah
tangganya, sedangkan laki-laki mereka harus bekerja dan menjadi tulang punggung
keluarganya)
c.
Keberanian berpendapat
Tinggi,
d.
Pencegahan ketidakpastian
Tinggi,
e.
Jarak kekuasaan
Tinggi,
f.
Orientasi kemanusiaan
Tinggi, (menjaga
tradisi dan warisan budaya masing-masing yang masih menjunjung nilai
keramah-tamaan dan kesopanan
Uni emirat Arab
Orientasi kinerja
Tinggi, (para pekerja akan merasa senang
untuk bekerja, karena bekerja di Dubai akan menikmati
bebas pajak gaji dan semua barang toko dapat dibeli di harga bebas pajak
sehingga kota yang sangat menarik para pekerja internasional dan
perusahaan-perusahaan internasional. Kesempatan kerja di Dubai dan beragam dan
banyak terutama karena penambahan dari Media dan Internet kota Dubai adalah
sebuah kota memperluas cakrawala pada tingkat yang tak tertandingi)
Orientasi kemanusiaan
Tinggi, (Penduduk pribumi umumnya bersikap
ramah terhadap orang asing dan menunjukkan sikap bersahabat baik dalam hubungan
sosial maupun bisnis)
Dimensi GLOBE
|
Negara
|
||||
Arab
|
Iran
|
Uni Emirat Arab
|
Qatar
|
Israel
|
|
Keberanian berpendapat
|
|
|
|
|
|
Orientasi masa depan
|
.
|
|
|
|
|
Perbedaan jenis kelamin
|
|
|
|
|
|
Pencegahan ketidakpastian
|
|
|
|
|
.
|
Jarak kekuasaan
|
|
|
|
|
.
|
Individualisme/kolektivisme
|
|
|
|
Collectivistic
|
|
Kolektivisme dalam kelompok
|
|
Tinggi,
|
Tinggi,
|
Tinggi
|
|
Orientasi kerja
|
|
Tinggi,
|
|
Tinggi
|
|
Orientasi kemanusiaan
|
|
Tinggi, (penduduknya menjunjung nilai sopan santun, kemurahan hati, dan
ramah tamah)
|
|
)
|
|
SPOTLITE
Keturunan yang berbeda dari tentara
Oleh William Wallis
Sebuah revolusi aneh sedang terjadi di negeri kecil, tetapi kaya energi tepatnya di teluk emirate Qatar. Baru-baru ini sebagai negeri di semenanjung yang masyarakatnya sudah lama hidup dalam bayang-bayang Arab Saudi, Qatar berambisi membuktikan diri sebagai negara global. Wanita yang berbondong-bondong ke universitas. Pencakar-pencakar langit yang berdiri di hantaran padang pasir dan investor-investor asing yang berdatangan untuk mencari bisnis. Suatu ketika, jalan-jalan di Arab mencapai perubahan yang menggemparkan, transformasi yang berlangsung di Qatar tidak begitu banyak dikendalikan oleh penduduk sebagai dampak dari kekuasaan mutlak Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani.
Di Doha, tentara perubahan adalah sebuah keturunan
yang berbeda dari penduduk Ibu kota Arab lainnya. Mereka lebih suka bekerja di
perusahaan publik dan konsultan manajemen, yang disewa dari luar negeri untuk
membantu mempromosikan dan mengembangkan “visi” emir . Slogan-slogan seperti
“modernisasi tanpa westernisasi”, atau “Muslim tapi modern” lebih sering muncul dari presentasi
PowerPoint dibandingkan pamflet jalan atau khotbah-khotbah radikal. "Maha
Tinggi Dia," sebagaimana yang telah dijelaskan secara antusias oleh
komunitas akademika Qatar, “adalah cara mereka. Mereka berusaha memposisikan
diri untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan dunia. Apa yang baik bagi
dunia juga baik untuk Qatar. Kami bukan semacam bangsa aneh. "
Dengan standar dari otokrasi konservatif Gulf, Qatar,
bagaimanapun, menjadi berbeda adalah cara yang lebih baik jika dibandingkan
dengan banyak tantangan yang sama. Emir mengatakan ia ingin membangun bangsa
yang kaya dimana manusia sebagai sumber daya alam terbaik, memposisikan diri sebagai
industri layanan yang strategis, serta kekayaan energi yang terbaik. Untuk
mencapai hal ini, ia tidak hanya mengubah cakrawala di Doha. Dia juga berusaha
untuk membangun ulang pola pikir penghuninya. Di 24 tahun pertama setelah
merdeka dari Inggris, disaat masyarakat Teluk yang kaya minyak menyusun
simbol-simbol modernitas, Qatar tetap menjadi negara yang terbelakang.
Mulai dari sektor keuangan yang terkecil, Qatar ingin
mengembangkan pusat perbankan daerah dan legal untuk tujuan tertentu. Ia ingin
lebih banyak wisatawan, lebih banyak pencakar langit, lebih banyak olahraga
internasional dan budaya, keterampilan serta pengetahuan yang lebih. Di balik
ambisi tersebut, para pejabat pemerintah mengatakan, bahwa hal tersebut adalah
usaha dari pihak emir untuk menyingkirkan sikap apatis yang sudah tertanam
sejak lama.
Dia dan istrinya yang berpengaruh, Sheikha Moza, akan
keluar dari jalan mereka selama ini untuk memberdayakan perempuan dan
menanamkan jiwa kewirausahaan dalam populasi yang terbiasa dengan gaya negara
mereka, kata mereka. Mohamed al Thani, menteri ekonomi dan perdagangan juga
mengatakan bahwa kemauan untuk berinvestasi di uang rumahan yang sebelumnya
mungkin harus pergi ke luar negeri. Biaya kurang diperhatikan. Tetapi penduduk
lokal yang tidak terlalu padat itu, secara bersama-sama berusaha untuk tidak
mencemari syariat Islam yang dipegang teguh yaitu budaya Wahabbi Qatar.
Meskipun ada semakin banyak pengecualian, kebanyakan
wanita Qatar tidak bekerja dan 60 persen penduduk berada di bawah usia 21
tahun. “Qatar melakukan hal-hal yang membutuhkan pengalaman global langsung
dari para ahli, untuk membangun, untuk menarik investor,” kata seorang
penasihat pemerintah asing. Dalam proses tersebut, beberapa masyarakat Qatar
mengeluh bahwa ada beberapa hal yang menghambat upaya mereka, sewa yang telah
meningkat 100 persen dalam satu tahun terakhir dan komposisi serta ukuran
populasi berubah dari hari ke hari. Sekitar 10.000 buruh telah dibawa dari Asia
Tenggara untuk satu proyek saja.
Pemerintah ingin membumingkan industri pariwisata
tanpa adanya halangan. Mereka sedang meliberalisasikan ekonomi dan mengiginkan
sektor keuangan kelas dunia. Tapi sebagian kecil pengawasan tentang bisnis,
pengeluaran negara, cadangan devisa atau jumlah penduduk setempat tidak
diungkapkan. Kebanyakan paradoks, bahwa pemerintah ingin mengembangkan ekonomi
non-energi tanpa membahayakan budaya dan proporsi penduduk setempat. Pendekatan
dalam hal ini jauh lebih berhati-hati daripada Dubai, di mana Anda sekarang
dapat membeli bir dengan ikan dan kentang goreng di pantai.
Tetapi populasi non-Qatar yang lebih besar, mungkin
menjadikan semakin sulitnya membendung aliran aspek yang tidak diinginkan dari
pengaruh asing. Dengan begitu banyak proyek yang dipertaruhkan, ini tampaknya
menjadi harga yang harus dibayar emir. Sebagai seorang pemimpin yang tidak
terpilih dengan dana hampir tak terbatas yang dimilikinya ia memiliki kemewahan
pemikiran besar dan perencanaan jangka panjang.
Pembahasan
Dari cerita diatas menununjukkan bahwa
Qatar sebagai salah satu negara yang terletak di Timur Tengah, kini berusaha
untuk memodernisasi pembangunan guna mensejajarkan diri dengan negara kaya lain
di Jazirah Arab seperti Uni emirat Arab, Kuwait dan Saudi Arabia. Hal ini
dibuktikan dengan geliat pembangunan ekonomi yang sangat gencar dengan
dibangunnya gedung-gedung menjulang tinggi (skycrapers),
mall-mall besar (sebagai salah satu ciri gaya hidup kota modern), hotel-hotel
bertaraf internasional seperti Intercontinental, Hyatt, Hilton, Sheraton, W dan
sebagainya. Hal lain yang menarik adalah dibangunnya pulau buatan yang berjarak
350 meter lepas pantai yang dikenal dengan nama "The Pearl Qatar"
karena jika dilihat dari atas pulau buatan ini akan menyerupai mutiara. Mega
proyek ini dibangun oleh UDC (United
Development Company) yang merupakan
salah satu perusahaan swasta terkemuka di Qatar. Pembangunan pulau buatan ini
bisa dikatakan sebagai pesaing dari apa yang telah dilakukan Dubai (salah satu
emirat/daerah di Uni Emirat Arab) dengan pulau-pulau buatannya seperti Palm
Jumeirah dan The World.
Namun di tengah maraknya pembangunan,
penduduk asli Qatar yang kurang dari dua juta jiwa mengharuskan Qatar menyewa
banyak tenaga kerja asing guna mensukseskan tujuan tersebut. Dari sinilah
masalah mulai muncul. Dimana penduduk Qatar terus bertambah dari hari ke hari
dan didominasi oleh penduduk asing. Dengan begitu pengaruh budaya asing yang
tidak dinginkan dikhawatirkan mulai menggeser budaya asli setempat. Apalagi
budaya yang menyimpang dari ajaran agama islam sebagai agama resmi di negara
itu.
Sehingga banyak hal yang harus dilakukan
pemerintah Qatar sebagai upaya dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satunya
adalah pemerintah Qatar bersama penduduk lokal selalu menjaga nilai-nilai
ajaran islam di tengah banyanyak orang dari berbagai bangsa dan negara yang
datang dan menetap di Qatar denagn membawa serta budaya mereka. Sehingga semua
budaya yang ada telah dikombinasikan dengan baik tanpa menghilangkan unsur
keaslian budaya Qatar sendiri dan tentunya disesuaikan dengan budaya asli serta
Islam yang merupakan agama resmi negara Qatar. Selain itu, untuk membuktikan
keseriusan Qatar dalam melestarikan budaya, pemerintah mendirikan sebuah culture village yang bernama Katara. Katara berada di antara Doha’ West Bay dan
Pearl, tidak jauh dari Doha Exhibition Center dan berdekatan dengan Cultural
Village lama, tempat penyelenggaraan Qatar Marine Festival. Katara ini dibuka
mulai bulan Oktober 2010 ketika ada Festival Film Doha Tribeca dan TEDxDoha.
Banyak organisasi para Qatari (istilah bagi penduduk asli Qatar)
yang berkantor disini, diantaranya: Qatari
Society for Engineers, Qatar Fine Arts Society, Visual Art Centre, Qatar
Photographic Society, Childhood Cultural Centre, Theatre Society and Qatar
Music Academy.
Akhirnya walaupun Qatar telah mengklaim
sebagai negara terbuka (open country)
terhadap hal-hal yang berbau budaya barat, masih ada pembatasan terhadap
beberapa hal yang oleh agama Islam dilarang seperti alkohol. Hal ini berbeda
dengan beberapa negara timur tengah lainnya yang lebih dulu menjadi negara
terbuka. Seperti Dubai yang sudah membolehkan alkohol walau Dubai adalah negara
yang berbasis syariah Islam dengan mayoritas penduduk beragama Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Fellinkinanti. 2012. Masyarakat Budaya
Politik Timur Tengah. http://fellinkinantifisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-62933-Masyarakat%20Budaya%20Politik%20Timur%20Tengah-Identitas%20Kultural%20&%20Integrasi%20Nasional%20di%20Timur%20Tengah.html. Diakses pada Kamis, 8 April 2015
http://cahayasetiaku.blogspot.com/2013/10/agama-dan-budaya-dalam-masyarakat-timur.html.
Di akses pada kamis, 8 April 2015 pukul 14.21 Wib
HM,
Pahrudin, M.A. 2011. Mengenal Etnis-Etnis di Timur Tengah. https://roedijambi.wordpress.com/2011/04/05/mengenal-etnis-etnis-di-timur-tengah/. Di Akses pada Kamis, 8 April 2015, pukul
14.30 Wib