KOMUNIKASI KERJA
a.
Pengertian Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi
dengan manusia lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi
untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia sendiri.
Interaksi dan kerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga
membentuk wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar
individu-individu dan kelompok dalam setiap organisasi akan memunculkan
harapan-harapan. Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu
yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi, dan
tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah
yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktivitas
tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama.
Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa selain
mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya, memelihara
ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian aktivitas yang kita
kenal dengan manajemen dan organisasi.
Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada
yang berperan sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai
anggota/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan
melakukan komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi
merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang
menghubungkan antar orang, antar bagian yang terlibat di dalam organisasi
tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi, sebab
komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim
informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan dalam organisasi.
Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.
Komunikasi
(Mangkunegara, 2001: 145) : proses pemindahan suatu informasi, ide, pengertian
dari seseorang kepada orang lain dengan harapan orang tersebut dapat
menginterprestasikannnya sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
b.
Tujuan Komunikasi
Ardana et al. (2009: 57) membagi tujuan komunikasi kedalam 4 bagian
yakni:
a)
Pengendalian,
komunikasi dari atasan yang berisi petunjuk-petunjuk yang harus ditaati oleh
bawahan. Contoh: perintah
b)
Motivator,
adanya komunikasi berfungsi untuk menjelaskan agar karyawan dapat lebih
berprestasi. contoh: wejangan, nasihat
c)
Sarana pengungkap
emosi, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang, seperti
sedih, senang, marah, dll.
d)
Memberikan informasi,
komunikasi memungkinkan penyampaian informasi, petunjuk, dan pedoman yang
diperlukan seseorang dalam suatu organisasi untuk menjalankan pekerjaannya. Contoh:
informasi mengenai pemakaian seragam kerja, upacara, petunjuk penggunaan mesin.
c.
Bentuk-bentuk komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi menurut Wilujeng (2010: 168) :
1.
Berdasarkan arah
komunikasi
a)
Downward communication.
Komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, misalnya instruksi,
keterangan umum, perintah, teguran dan pujian.
b)
Upward communication.
Komunikasi yang terdiri dari horizontal communication (komunikasi antara
orang-orang dalam level yang sama dalam organisasi, contoh: antar karyawan,
antar manajer), dan diagonal communication (komunikasi antara orang-orang dari
level yang berbeda yang tidak memiliki hubungan langsung satu sama lain dalam
struktur oranisasi, contoh komunikasi manajer keuangan dengan manajer sdm).
2.
Berdasarkan cara
penyampaian
a)
Komunikasi verbal,
yakni komunikasi yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun
tulisan.
b)
Komunikasi nonverbal,
yakni komunikasi yang diekspresikan dalam bentuk bahasa isyarat atau symbol,
contoh: bahasa tubuh.
3.
Berdasarkan formalitas.
a)
Komunikasi formal,
yakni komunikasi yang terjadi akibat adanya struktur organisasi atau adanya
garis wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan. Contoh: komunikasi
bawahan dengan atasan, komunikasi anak muda dengan orang tua.
b)
Komunikasi informal,
yakni komunikasi yang terjadi akibat adanya kecenderungan manusia untuk selalu
berinteraksi dengan orang lain. Contoh: komunikasi antar sebaya.
d.
Unsur-unsur komunikasi
Unsur-unsur komunikasi menurut Laswell dalam Ardana (2009: 59)
yakni
a)
Komunikator,
yakni orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain.
b)
Pesan,
informasi, ide yang ingin dibagikan.
c)
Media, saluran
yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi
bisa berwujud visual (memo, surat, poster), audial (radio, telepon), dan
audio-visual (video, film)
d)
Komunikan, orang
yang menerima pesan.
e)
Umpan balik,
dampak yang dihasilkan dari komunikasi. Terdapat 3 dampak, kognitif (dari yang tidak tahu menjadi tahu), afektif (tidak suka
menjadi suka, tidak setuju menjadi setuju), dan
e.
Proses komunikasi
Proses komunikasi menurut Robbins dan Coulter (2001: 79)
a)
Komunikator mempunyai
ide, gagasan, informasi yang ingin disampaikan.
b)
Encoding, yakni
komunikator merubah suatu gagasan/informasi tersebut kedalam bentuk-bentuk
simbolis.
c)
Pesan, sesuatu
yang dikomunikasikan.
d)
Channel, yakni
media yang dipilih komunikator sebagai perantara untuk menyampaikan pesan.
e)
Komunikan,
menerima pesan tersebut.
f)
Decoding,
proses penerjemahan pesan-pesan kedalam bentukbentuk yang dimengerti oleh
komunikan.
g)
Komunikan memberikan
response kepada komunikator.
h)
Selama berkomunikasi
terdapat pula gangguang-gangguan (noise) yang mungkin terjadi.
f.
Hambatan dalam komunikasi
Hambatan dalam komunikasi menurut mangkunegara (2001: 150)
a)
Hambatan pribadi.
Yakni hambatan yang disebabkan karena emosi, alat indera yang terganggu, dan
kebiasaaan-kebiasaan yang berlaku pada norma dan budaya tertentu.
b)
Hambatan fisik.
Yakni jarak yang terlalu jauh antara komunikan dengan komunikator.
c)
Hambatan bahasa.
Kesalahan dalam menginterprestasikan istilah basaha. Usia, pendidikan, dan
latar belakang yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan kata.
g.
Mengatasi hambatan.
Mengatasi hambatan menurut Ardana et al (2009: 64).
1.
Mendengarkan dengan
aktif. Dapat diperoleh dengan cara:
a)
Intensitas,
yakni berkonsentrasi penuh pada apa yang disampaikan oleh komunikator.
b)
Empati. Berusaha
mengerti apa yang dinginkan oleh komunikator.
c)
Penerimaan. Pendengar
aktif memiliki penerimaan yang obyektif atas apa yang didengar.
d)
Tanggung jawab
untuk meengkapi informasi. Komunikan harus berusaha melengkapi informasi yang
diterima agar komunikasi dapat efektif.
2.
Memberikan umpan
balik. Komunikator harus melihat reaksi wajah dari komunikan dengan baik,
misalnya denan ekspresi wajah tertentu bila sikomunikan tidak dapat mengajukan
pertanyaan.
h. Jendela komunikasi johari
Bentuk komunikasi ini merupakan
jendela komunikasi dimana kita sebagai pemberi dan penerima informasi diri kita
sendiri dan orang lain.
a) Wilayah
terbuka. Berisi informasi yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Contoh:
komunikasi antara dua pegawai divisi keuangan.
b) Wilayah
buta. Berisi informasi yang tidak diketahaui diri sendiri, namun orang lain
tahu. Contoh: keterangan yang salah diterima oleh kita,
c) Wilayah
tersembunyi. Berisi informasi yang diketahui oleh kita, tetapi orang lain tidak
tahu. Contoh: kelemahan dan kekuatan diri kita sendiri.
d) Wilayah
tidak diketahui. Berisi informasi yang tidak diketahui oleh kita dan orang
lain. Contoh: kompetensi yang tidak dimiliki oleh kedua pihak.
Daftar pustaka
Ardana, K., Mujiati, N. W & Sriathi,
A. A. Y. 2009. Perilaku Keorganisasian
Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mangkunegara, A. A. A. P. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Robbins, S. P & Coulter, M. 2010.
Manajemen Edisi Sepuluh Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
Wilujeng,
S. 2010. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu