Gaya Manajemen Konflik ,Kecerdasan Emosional ,
Dan Kinerja Di Organisasi Umum
Hsi- An Shih dan Ely Susanto
www.emeraldinsight.com/1044-4068.htm
international journal of conflict management
Vol 21 no2, 2010 pp 147-168
1.
Pendahuluan
Gladstein, 1984;
Wall and Nolan, 1986; Jehn 1995) menyatakan adanya konflik dalam organisasi
menyebabkan rutinitas tertanggu, dan penurunan produktivitas serta kepuasan.
Sementara Jehn, 1997; Leung dan Tjosvold, 1998;Tjosvold,1998) menyataan sebuah
konflik memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan,
kreativitas, dan kinerja.
2.
Tujuan
penelitian
Tjuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional
(EI), gaya manajemeen (CMS), dan prestasi kerja di Pemerintahan local daerah di
Indonesia.
3.
Hipotesis
dan pengembangan
Jordan
dan Troth (2004, hal. 196) mengemukakan bahwa "kemampuan untuk menyadari
dan mengelola emosi adalah juga berpikir untuk memfasilitasi fungsional dari
disfungsional, resolusi konflik dan akibatnya berkontribusi terhadap kinerja
tim yang lebih baik ", sehingga banyak peneliti berasumsi bahwa adanya EI
menyebabkan seseorang memilij gaya yang lebih menguntunkan guna penanganan
konflik antar pribadi. Berdasarkan hal tersebut, dihasilkan hipotesis : H1. kecerdasan
emosional secara positif terkait dengan mengintegrasikan gaya. H2. Kecerdasan
emosional secara positif terkait dengan gaya kompromi. H1. Kecerdasan emosional secara positif
terkait dengan mengintegrasikan gaya, H2. Kecerdasan emosional secara positif
terkait dengan gaya kompromi. H3. Mengintegrasikan gaya berhubungan positif
dengan kinerja pekerjaan. H4. Gaya kompromi berhubungan positif dengan kinerja
pekerjaan. H5. Kecerdasan emosional berhubungan positif dengan kinerja H6.
Mengintegrasikan gaya akan memediasi hubungan antara EI dan pekerjaan kinerja.
H7 . Mengorbankan gaya akan memediasi hubungan antara EI dan pekerjaan
4.
Teori
yang digunakan
Konsep kecerdasan
social yang dikembangkan oleh Thorndike (1920) telah diakui sebagai salah satu
prinsip dasar EI, dimana secara khusus, kecerdasan social mengacu pada
“kemampuan untuk melihat dirinya sendiri dan status internal lainnya, motif dan
perilaku serta untuk bertindak secara optimal atas dasar informasi. Follet,
1940 menerangkan adanya berbagai gaya
penanganan konflik interpersonal, yaitu dominasi, kompromi, intregasi
menghindari dan penindasan.
5.
Metodologi
penelitian
Sampel yang
digunakan sebanyak 300 pegawai pemerintah dari 2 kabuapaten local salah satu
provinsi Negara Indonesia dengan cara pengisian kuesioner melalui pengukuran
skala likert 7 pont mulai sangat tidak setuju hingga sangat setuju.Respnden
yang dipilih ialah harus bekerja sama di sebuah ruangan yang sama dan
berinteraksi satu sama lain, sehingga akan memiliki implikasi yang kuat utuk
kinerja individu ketika sebuah konflik muncul, meskipun mereka tidak bekerja
sebagai sebuah tim. Teknik analisis data menggunakan multiple hierarki regresi.
6.
Hasil
dan pembahasan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa EI merupakan anteseden gaya manajemen konflik. Selin itu
terdapat pengaruh secara langsung gaya intregasi pada prestasi kerja.
7.
Simpulan
dan saran
Berdasarkan temuan
tersebut, dapat disimulkan bahwa EI daam organisasi public berdampak prestasi
kerja mirip dengan EI dalam organisasi swasta. Saran untuk pemerintah daerah di
Indonesia untuk memasukkan unsur EI dalam setiap rekruitmen para pegawainya. Saran
untuk penelitian selanjutnya adalah untuk memperluas sampel penelitian agar
hasi penelitian lebih meluas.
8.
Keterbatasan
penelitian
Cakupan wilayah
yang kecil (tersentral pada wilayah Jawa) membuat hasil penelitian belum secara
umum.